Wednesday, January 4, 2012

I Am Choose To Be Happy




Jakarta, 3 Januari 2012

There is no duty we so much underrate as the duty of being happy ~ Roberts Louis Stevenson

Salah satu tempat yang menurut saya termasuk surga adalah toko buku. Apapun, Gramedia, Toga Mas, Kinokuniya atau bahkan lapak buku bekas di Kwitang. Titipkan saya ke pelukan ke toko buku dan saya akan dengan setia berkeliling dan membaca disana. Saya sepenuhnya menyalahkan ayah saya untuk kebiasaan membaca saya.. (I love you,papa.. I always give thanks for this habit.. :D).

Kalimat di atas saya temukan di salah satu gerai toko buku Times. Terpaku di salah satu sisi tembok, di atas raknya. Tertanam di antara beberapa kutipan kalimat dari orang-orang terkenal. Dan saya tertohok tepat di ulu hati.

Being happy is not only a right, it's a duty!!! Dan seperti halnya kewajiban, maka harus dipenuhi.

Ada banyak hal terjadi di keseharian kita yang membuat kita tidak bahagia. Mulai hal kecil sampai dengan hal yang besar. Matahari yang terlampau panas, jalanan yang macet (if you live in jakarta and asked for an empty road, just forget it.. Except for Lebaran and car free day), bos yang mukanya manyun dan pemarah, utang yang belum dibayar, penyakit yang terlalu berat untuk ditanggung, apapun. Ada banyak hal yang bisa memicu kita untuk tidak bahagia. Reaksi yang diberikan kita (sebagai manusia normal) biasanya adalah marah. Dan marah selalu memicu ketidak bahagiaan.

Saya termasuk manusia pemarah cenderung karena kurang sabar (tanya sama emak tercinta saya di rumah :D. Tapi karena akhir-akhir ini mendengar banyak orang mengeluh mengenai sesuatu dalam hidupnya tanpa mau berbuat sesuatu untuk memperbaikinya, membuat saya bertanya. Jadi, mengapa harus mengeluhkan semua hal?

Dari banyak peristiwa yang saya lihat tersebut (melihat banyak uban bertambah dan tensi darah yang naik), saya akhirnya memilih untuk lebih santai dalam menjalani hidup dan bersyukur untuk semua hal yang terjadi dalam hidup saya, baik maupun buruk.

Saya memilih untuk bahagia.

Hidup memang tidak selalu biru seperti awan di langit. Tidak ada yang pernah menjanjikan memang (jangan percaya kecuali Tuhan yang ngomong secara pribadi sama kamu). Akan selalu ada badai yang diberikan sebagai ujian dari Pemberi Cerita Kehidupan.

Saya memilih untuk melihat jingga senja dibandingkan pacaran mesra sama kompie. Saya memilih sekali-sekali menjadi tidak sempurna bagi semua orang, karena hal tersebut melelahkan. Saya memilih untuk menjadikan setiap kesalahan sebagai pembelajaran. Saya memilih untuk berkumpul dengan orang-orang tersayang.
Ada banyak alasan untuk memilih menjadi bahagia (selain alasan, "biar bisa beli botox"). Tergantung cara kita menghadapi dan menilai masalah.

Saat ini saya sedang dalam memenuhi kewajiban untuk menjadi bahagia..

Kalau kamu???


*cheers pake mocktail shirley temple"
Amel

No comments:

Post a Comment