Friday, February 1, 2019

Menulis




Mataram, 1 Februari 2019


Malam dingin sehabis hujan sepuluh menit yang mengguyur Mataram. Tulisan ini terpikir oleh saya ketika baru saja menyaksikan video youtube Adipati Dolken yang memajang Banyuwangi dengan begitu cantik dan narasi luar biasa.


Kemudian saya teringat tentang blog pribadi saya yang saya kunjungi beberapa hari lalu.


Sebagai orang yang mendadak random, di tengah kesibukan saya menulis proposal, saya teringat blog saya. Benak saya mengatakan, “pengen liat blog terus ganti warnanya deh.” Ketika masuk ke laman tersebut, saya tersadar, tulisan saya yang terakhir adalah 1.5 tahun yang lalu di 2017. Dan tidak ada sebuah tulisan pun di tahun yang pernah lewat kemarin.


Saya bisa mengemukakan banyak hal sebagai alasan. Tetapi, jauh di lubuk hati saya, satu-satunya hal yang membuat saya tidak menulis adalah rasa malas.


Menulis merupakan sebuah terapi buat saya. Buat saya, kaki saya bisa membawa kemana pun saya ingin pergi, ke tempat termahal, terindah, terhits, dan tempat-tempat ter- lainnya. Tapi, pada akhirnya, segala jenuh dan lelah itu hanya berada di dalam kepala saya; dan satu-satunya hal yang bisa membuat saya melupakan itu semua adalah dengan menulis.


Sama seperti membaca, menulis adalah hal yang diajarkan oleh Ayah saya. Beliau sendiri seorang penulis yang rajin menyumbangkan tulisan-tulisannya di media cetak. Ya, media cetak. Saya tidak pernah membaca tulisan-tulisan beliau, karena tidak pernah tahu dimana saja beliau menulis; yang saya tahu, saya akan ditraktir beli es krim dari amplop yang diterima beliau melalui wesel.


Beberapa kali saya mencoba menulis mengenai beberapa hal sejak bulan Januari yang lalu. Tapi saya tak pernah puas. Buat saya, selalu ada yang janggal dan salah dalam tulisan yang sudah diketik tersebut. Beberapa panjang, beberapa hanya sebaris kalimat, beberapa hanya judul. Ada yang tersimpan, lebih banyak yang akhirnya saya buang dengan penuh kesadaran.


Menonton video tentang Indonesia tersebut dan terpikir tentang tulisan ini, membuat saya menyadari satu hal : saya terlalu banyak berpikir.


Ya, tulisan yang baik adalah tulisan yang terkonsep dengan baik. Tulisan yang dilandasi dengan logika berpikir yang baik. Tapi saya lupa, tentang alasan saya menulis.


Menulis buat saya adalah mengeluarkan kata dan kalimat yang begitu penuh dan menyesakkan di pikiran saya; yang terkadang sudah terjalin begitu rapat, ruwet dan pada akhirnya sulit untuk terurai.


Ini adalah tulisan pertama saya di 2019.
Tulisan yang tidak akan saya edit lagi sebelum saya posting di blog dan sosial media saya.
Tulisan yang mudah-mudahan menjadi awal untuk ide-ide yang selama ini saya kungkung dalam pikiran saya atas nama kemalasan.


Cheers,
Amelia