Saturday, December 31, 2011

A Grade A Year..



Jakarta, 31 Desember 2011

Pagi terakhir di tahun 2011. Bagi saya, pagi ini dihiasi rintik hujan, langit yang kelabu dengan lagu-lagu Sheila On 7 yang berteriak kencang lewat speaker di stasiun Sudirman. Menunggu kereta ke Serpong untuk sarapan bersama sahabat saya.. (Yeah, sedikit congkak.. Sarapan aja beda kota :D)

Tulisan kali ini idenya pasaran.. Kaleidoskop hidup pribadi. Ide yang sama dengan hampir 95% penduduk di dunia sepertinya. Tapi, karena ini tulisan dan blog saya, saya akan sebodo sama orang-orang yang punya kalimat negatif mengenai ide ini.

Kemarin, seperti kebiasaan saya setiap pagi, saya membuka facebook dan membuka situs www.blogthings.com. Situs kuis yang setiap pagi saya buka dan kerjakan. Kuis kemarin berjudul, "How You Give Grade To Your 2011?" Hasilnya.. Tadaaaa.. You have a grade A year.. Dan setelah dipikir-pikir lagi, saya memang menjalankan tahun yang luar biasa tahun ini.

Buat saya tahun ini tahun luar biasa. Saya melakukan perjalanan, belajar banyak hal, bertemu orang-orang baru dan luar biasa, mencintai seseorang dengan sangat dan kemudian melepaskannya pergi, belajar ikhlas dan pasrah, mati rasa dan pada akhirnya merasa lagi.

Tapi yang paling penting, saya belajar hal-hal berharga yang saya miliki dalam hidup. Keluarga, kesehatan dan persahabatan. Hal-hal yang akan selalu ada sepanjang hidup, sangat berharga, yang dimiliki dengan gratis asalkan mau dirawat dan dijaga dengan baik.

Peristiwa-peristiwa di tahun ini banyak menempa saya secara emosional. Saya belajar untuk berkompromi dan sedikit lebih sabar dibandingkan sebelumnya (teman-teman yang mengenal saya bertahun-tahun kadang terkejut melihat saya menjadi lebih sabar tahun ini #ngikik).

Dalam setiap perjalanan yang saya lakukan (dan semuanya perjalanan dinas, special thanks to my ex-office) saya menemukan banyak hal berharga mengenai kerja keras, keberanian, keteguhan hati yang pada akhirnya membawa kepuasan tersendiri.

Saya juga mengawali tahun ini dengan menyukai seseorang sampai miris rasanya, menghamburkan begitu banyak kata dalam tulisan-tulisan saya untuk dia (tangan, otak dan hati saya kesurupan untuk memberi kata untuk dia), dulu..), belajar untuk mengerti dan pada akhirnya memahami mengenai hal-hal yang dia sukai. Belajar dari semua perbedaan tersebut untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Dan pada akhirnya, ketika waktunya tiba saya melepaskan dia dan kembali belajar untuk ikhlas membiarkannya pergi dalam hidup saya.

A rollercoaster year.

Saya percaya, bahwa tidak ada perjalanan yang sia-sia. Tidak ada seseorang yang masuk ke dalam hidup saya (meskipun hanya untuk waktu yang sangat singkat), datang tanpa tujuan. Karena tidak ada sesuatu yang kebetulan. Ada pengalaman berharga yang harus dirasakan untuk memperkaya hidup. Menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih baik.

Saya belum berani mengatakan bahwa saya sudah menjadi pribadi yang baik. Tapi, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, saya merasa menjadi seseorang yang lebih baik. Saya belajar untuk menghargai sebuah perjalanan dan juga pemberhentian. Belajar, bahwa setiap orang selalu memiliki dua sisi yang berbeda, dan saya harus bisa melihat keduanya untuk mendapatkan pemahaman yang tepat. Karena hidup cukup singkat dan saya tidak bisa melakukan semua kesalahan itu sendiri. Saya belajar untuk hidup dari kesalahan yang saya buat dan kesalahan orang lain.

Sujud syukur saya sedalam-dalamnya untuk Gusti Allah tersayang (setiap orang menyebutnya dengan banyak istilah.. Tapi saya punya panggilan sayang, Papi J..). Untuk hidup yang luar biasa. Yang memberikan banyak pelajaran berharga. Tapi tak pernah meninggalkan saya barang sedetik pun. Memberkati saya dengan cinta, kasih sayang dan dukungan yang luar biasa dari keluarga, teman-teman dan orang-orang tercinta.

Matur sembah nuwun sanget, Gusti Allah.. Kula sampun diparingi kathah kageman urip... *sujud syukur*

Saya harus mengakhiri tulisan ini karena sudah dijemput untuk sarapan dengan Sandy (and we're going to have a fun chit chat). Bersiap untuk mengucapkan selamat tinggal kepada tahun 2011 yang sudah memberikan waktu dan akhirnya kenangan yang luar biasa dalam hidup saya. Dan berjanji pada diri saya sendiri untuk membuat catatan dan kenangan luar biasa untuk tahun mendatang.

Aufwiedhersen, 2011..
Danke schoon..


*angkat gelas bir*
Cheers,
Amel

Friday, December 30, 2011

Menantang Diri Sendiri



Jakarta, 30 Desember 2011

Tulisan ketiga di hari ketiga. Panik, karena saya sudah punya gambaran idenya tapi belum menulis sepatah kata pun. Salah satu kebiasaan buruk dari jaman sekolah.. Nggak bisa menulis kalau belum punya ide.. #tepokjidat

Ide untuk menulis selama 15 hari ini kalau kata teman saya, Sandy seperti menabuh bendera perang karena saya tuliskan di facebook dan twitter. Tantangan kepada diri sendiri yang disebarkan pada dunia bahwa saya akan menulis 15 days in a row. Di satu sisi, ini sesuatu yang seru. Memacu manusia pemalas seperti saya untuk konsisten. Di sisi lain, sama kayak bunuh diri. Seriously..

Kenapa saya bilang seperti bunuh diri?? Karena kalau saya tidak berhasil memenuhi janji saya, berarti saya gagal. Bukan gagal memenuhi janji pada orang lain, tapi yang lebih utama pada diri saya sendiri. Saya belajar bahwa dalam hidup, ketika saya mengecewakan orang lain, saya bisa berjuang keras untuk membayarnya kembali. Tetapi ketika saya mengecewakan diri saya sendiri?? Bebannya menjadi 10 kali (atau mungkin) lebih berat.

Menantang diri sendiri untuk menulis dalam jangka waktu berturutan untuk manusia labil seperti saya gampang-gampang-susah. Gampang ketika jemari seperti kesurupan karena ide yang mengalir dengan lancar. Atau susah karena sudah tahu apa yang akan ditulis, tetapi ternyata jemarinya mandek. Hal ini sudah terbukti, tiga hari berturut-turut saya memandang layar komputer atau laptop atau layar blackberry saya dengan tatapan nanar.. Mau menulis apaaaa??? *sambil jambakin rambut* #aktinglebay Dan setelah sebuah tulisan selesai, ada rasa puas tersendiri.. Satu hari lagi saya berhasil memenuhi janji saya membuat tulisan yang dipublikasikan di blog dan akun sosial media saya.

Setiap orang memiliki ketakutannya masing-masing. Nggak pede untuk melakukan sesuatu.. Menganggap diri belum sanggup dan mampu untuk melakukan sesuatu hal. Dan karena ada beberapa resolusi tahun 2012 saya yang membutuhkan keberanian, saya akhirnya mencoba belajar dari suatu hal mendasar.. Konsisten melakukan apa yang saya suka. Hasilnya?? Saya pun belajar sesuatu dan merasakan kepuasan tersendiri.

Buat saya, menantang diri sendiri merupakan salah satu bentuk berpikir di luar kebiasaan. Bagaimana saya mengejar sesuatu yang saya sukai dengan konsistensi, persistensi dan gaya.

Ada banyak hal yang ingin saya lakukan di tahun 2012 yang kurang dari 25 jam lagi sudah menanti di tepi pintu waktu. Tantangan lain kepada diri saya sendiri. Untuk menjadi seseorang yang lebih baik dengan cara yang positif.

Jadi, coba buat satu tantangan pada diri anda sendiri. Beri tantangan diri anda sendiri untuk sesuatu yang paling anda takuti. Lihat dan rasakan bagaimana pandangan anda berubah menjadi sesuatu yang lebih positif. Seperti yang saya rasakan saat ini.

Karena seperti kata Pandji Pragiwaksono (@pandji), "Semua pasti bisa, asal mau".

*angkat gelas bir Paulner*
Cheers,
Amel

Happiness is...




Happiness is the freedom to love.
Wherever you are..
Whatever you do, be in love and spread love..

- Sarah Sechan -

Thursday, December 29, 2011

Jatuh Cinta?? Go Ahead!!



Jakarta, 29 Desember 2011


Judul di atas 100% bukan hasil pemikiran saya. Kalimat itu ada di papan iklan besar untuk rokok A Mild yang ada di salah satu perempatan jalan utama yang ada di kota Jakarta. Saya melihat kata-kata yang tercetak dengan huruf tebal tersebut dengan setengah mengantuk di pagi yang mendung dalam bis yang berjalan cepat. Tapi, begitu saya melihat kalimat tersebut, saya spontan tertawa dan seperti anak-anak gaul (percaya deh, ini bentuk halus istilah anak alay), saya langsung update status di facebook dan twitter.


Saya suka dengan kalimat itu. Singkat, padat dan jelas. Seperti saya suka dengan perasaan jatuh cinta itu sendiri.


Buat saya, jatuh cinta itu persis seperti syair lagu Jatuh Cinta-nya Oma Titiek Puspa, berjuta rasanya. Seperti permen nano-nano tapi rasanya lebih kaya. Manis, pedas, asin, gurih, pahit dan entah berapa banyak rasa lagi. Biasanya, jatuh cinta itu bahan bakar saya untuk menulis, mulai tulisan galau standart sampai dengan sepik hore yang biasanya saya letakkan di akun social media saya (#vleermuisman paling sering saya beri kata-kata cantik di twitter dulu). Kalau ada yang merasa atau tersipu ya syukur, kalau nggak ada ya sudah. Semudah itu. :D


Sebelum saya membuat tulisan ini, saya menyempatkan melihat linimasa yang beberapa jam terakhir belum sempat saya lirik. Saya tertarik dengan twit @JennyJusuf yang menjawab pertanyaan salah satu followersnya. Jenny Jusuf menulis, “jatuh cinta ya jatuh cinta. Berhasil atau nggak itu lain perkara.” Dan sekali lagi saya tertawa. Kebenaran mutlak dalam sebuah kalimat sederhana lainnya.


Coba jujur, berapa banyak dari kita yang ketika jatuh cinta yang diinginkan hanya jadian, punya status resmi dengan orang yang kita sukai? Dan setelah punya status resmi yang bisa dipamerkan di facebook dengan status ‘in a relationship with…’ atau punya seseorang untuk digandeng kemana-mana, kemudian mengatakan kalau waktu pedekate lebih seru daripada waktu jadian?


Saya, dengan jujur dan muka merah, akan mengangkat tangan saya. I was on that phase too, ladies and gentlements. Menjadi manusia bodoh (yang dengan wajah bijaksana akan saya katakan kalau itu adalah suatu proses). Hasil akhir, selalu hasil akhir yang saya lihat. Saya hampir bisa dikatakan melupakan prosesnya. Padahal jatuh cinta sendiri merupakan perjalanan luar biasa yang ketika dinikmati rasanya….. *speechless* Saya mengingat kembali hal-hal yang saya rasakan atau lakukan ketika jatuh cinta. Mulai dari pipi merah, jantung yang rasanya mainan rollercoaster dadakan setiap ada telpon masuk dari si dia, hari yang mendadak cerah ceria warna warni hanya karena sapaan halo di pagi hari, termasuk semua kalimat puitis yang beberapa diantaranya saya masukkan di facebook dan twitter yang kemudian di-like atau di-retweet. Semuanya hal-hal seru yang ketika dinikmati jadinya memang berjuta rasanya. Tulisan ini contohnya, adalah salah satu “konsekuensi” saya ketika jatuh cinta.


Pada akhirnya, saya menyadari, saya jatuh cinta pada cinta itu sendiri. Semua perasaan yang digambarkan sebagai “butterfly in my stomach” itu. Yang rasanya berjuta. Yang bisa membuat pipi merah tanpa blush on, mata yang berbinar dan senyum yang terus menerus mengembang, seburuk apapun hari tersebut berjalan.


Dan kalimat di iklan rokok itu terbukti benar. Kalau mau jatuh cinta, silakan saja. Jangan terlalu banyak berpikir, seringkali itu malah tidak menghasilkan apapun. Berhasil atau tidaknya anda membawa cinta tersebut menjadi sebuah status adalah urusan lain. Karena menurut saya, yang penting adalah bagaimana kita menikmati setiap proses dan tahapan ketika semuanya membuat jantung berdetak lebih cepat, matahari terasa sedikit lebih ramah dan malam menjadi tempat tawa kecil yang terkumpul karena kata-kata yang terekam di ingatan.

Jadi… Selamat jatuh cinta!!!!!

Cheers,
Amel

P.s : Tulisan ini spesial pake telor ceplok dan dadar buat memet yang sudah mau nulis panjang lebar buat kasih kuliah ke saya tentang mencintai secara dewasa; yang mau nemeni saya nangis, galau dan pada akhirnya bikin saya ngakak ngakak lagi meskipun lagi nun jauh di sana flirting sama panda sambil misuhi semua huruf kanji yang harus dihafalkan bentuk dan cara menulisnya; yang rela jadi pembaca draft pertama tulisan ini, di saat kudu belajar buat ujian besoknya, lewat whatsapp. Yang menguliahi saya panjang lebar lagi (termasuk beda manusia alay, ababil dan dewasa).. Yang mengakhiri kuliah tengah malamnya dengan menyalahkan karakter-karakter laknat dan kalimat, "Lu nulis mahfum gak???apa cuma curhat doank hahahahah.."

Makasih, met.. You know I woof you.. *sodorin klompen londo*


Jujur, saya penasaran sama berapa banyak yang sempat blushing baca sepikan hore saya… Atau nggak ada yak?? *wink*

Wednesday, December 28, 2011

Hujan, Kamu Dan Rasa...



Kupejamkan sebelah mata sambil menghitung satu demi satu tetesan besar yang menghantam jendela
Sedikit tersamarkan oleh uap kopi yang mengepul dari cangkir besar yang tergenggam erat di kedua tanganku
Ada satu, dua, tiga, dan entah berapa banyak lagi butiran besar yang akhirnya luruh
Kesenduan tanpa suara, tanpa kata

Hari ini aku mengingatmu
Karena kamu seperti seberkas terang dan cahaya di langit kelabu
Yang muncul perlahan
Tapi pasti

Dengan sapaan melalui seulas senyum, kedipan mata atau sekedar kata halo
Bertukar kata dan cerita
Mengenai jawaban, pelukan dan dukungan
Atau sekedar tawa renyah yang tertera dalam alfabet
Kesederhanaan yang memberi warna di hari
Membentuk senyum di bibir
Memberikan alasan, pelajaran, pengalaman dan pada akhirnya pemahaman

Memberi rasa

Dan aku duduk disini
Mengamati tetesan perak yang mengalir tanpa terburu
Menyesap rasa pahit-manis dalam cairan di genggamanku
Menghirup bau hujan dan kopi
Memunculkan memori tentangmu
Merasa kembali

….

Jakarta, 28 Desember 2011
10.54 pm

Lucu, bagaimana kadang seseorang yang hanya ditemui sesaat bisa membawa perubahan yang berarti dalam hidup kita

Tulisan ini untuk kamu...

Seseorang yang saya temui pertama kali dengan senyum seperti tersipu
Saya jatuh cinta dengan binar di matamu
Dan membuat saya bisa merasa kembali

Friday, December 16, 2011

Afscheid In De Schemering...



Selamat sore, senja.. Bukan,sore ini saya bukan mau mengirim rindu.. Saya hanya mau tersenyum padamu dan berterima kasih..

Terima kasih karena sudah menerima dan menyimpankan rinduku untuk #vleermuisman selama ini..

Mungkin dia belum membukanya saat ini, mungkin dia akan membukanya suatu saat nanti.. Atau bahkan tak pernah dibukanya

Apapun itu.. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih.. Karena selalu ada menampung semua rindu dan galauku.. Menyimpannya dalam rautmu..

Jadi, senja ini aku tersenyum kepadamu.. Karena akhirnya, aku melepaskannya pergi dengan semua cerita yang indah..Dengan rindu yg menumpuk..

Senja ini aku akan pergi dengan sahabat2ku, jingga.. Tertawa bersama mereka.. Melihat kehidupan tanpanya.. Tapi tetap bersyukur..

Jangan sedih, aku akan selalu menatapmu, mengagumi jingga,merah,kelabu dan birumu.. Apapun rautmu..

Dan suatu saat nanti aku akan menceritakan kisahku padamu tanpa perlu menitipkan rinduku padamu..Karena aku bisa menyampaikannya sendiri…



Jakarta, 10 Desember 2011

Ditulis di tengah rintik hujan..
Di senja yang muram…
Tulisan terakhir untuk #vleermuisman

Terima kasih sudah mengajarkan begitu banyak hal…
Terima kasih sudah pernah menjadi potongan semestaku…
Terima kasih untuk potongan waktu dan kenangan yang diberikan…
Aku memasukkan semua catatan dan kenangan itu dalam kotak waktuku sendiri…
Pelajaran berharga mengenai menemukan, menghargai, mencintai dan pada akhirnya melepaskan..
Semua doaku yang terbaik untukmu dalam jalan hidup yang mungkin tak pernah bersilangan lagi…


:: Potongan mikroblog twitter yang dibuat di senja tanggal 10 Desember 2011
Berpamitan pada senja untuk #vleermuisman

Thursday, December 8, 2011

Suatu Pagi Di Stasiun Sudirman




Jakarta, 8 Desember 2011


Catatan lama yang baru dibuat versi lengkapnya setelah sekian lama virus malas melanda. Potongan tulisan untuk note ini sebenarnya sudah saya buat di mokroblog saya, twitter, tapi karena rasa malas yang lebih kuat untuk melanda, maka catatan lengkapnya baru dibuat sekarang. Tulisan mengenai suatu pagi yang mendung di Stasiun Sudirman.

Pagi itu, tidak seperti pagi-pagi yang lain, saya bangun subuh (menurut saya, waktu sebelum jam 7 pagi adalah subuh :D). Salah satu teman saya menginap di kost dan selayaknya overnight antara para wanita, malam itu kami berdua tidak tertidur, tapi cekikikan sampai jam 2 pagi dan pada akhirnya tertidur di lantai kayu yang ada di kamar. Pagi itu, kami berdua bergegas ke Stasiun Sudirman yang jaraknya sekitar 10 menit berjalan kaki dari kost. Sama-sama mengantuk, tapi entah mengapa kami berdua masih sempat untuk tertawa-tawa. Masih ada jeda waktu yang cukup sebelum pukul 07.26, jadwal kereta ke Parung Panjang datang, jadi saya masih sempat mengobrol sebelum Sandy dibawa oleh kereta pagi itu ke stasiun tujuannya.

Kereta pergi, membawa Sandy di dalamnya dan kami berdua saling melambaikan tangan sambil tersenyum. Dan saya? Saya memilih untuk kembali duduk di bangku besi yang ada di peron 2 tersebut. Membunuh waktu yang cukup panjang sebelum saya harus masuk kantor pagi itu. Saya memiliki sisa waktu satu jam untuk dibuang percuma (sebenarnya bukan dibuang percuma, Paulo Coelho mengatakan bahwa waktu yang kita gunakan dan kita nikmati sebenarnya tidak terbuang dengan percuma :D). Dengan pilihan melihat ruangan kantor yang akan saya lihat sepanjang hari, saya lebih memilih untuk mengamati manusia-manusia yang ada di stasiun pagi itu.

Meskipun stasiun di Indonesia bukan tipikal stasiun romantis yang ada di film-film hitam putih, tapi stasiun merupakan salah satu spot favorit saya untuk mengamati manusia-manusianya yang lalu lalang. Saya melihat sepasang manusia yang sedang saling menempelkan lutut dan saling memandang dengan mata berbinar, beberapa manusia yang tertidur di bangku mereka sambil menunggu kereta, dan hei.. cukup banyak manusia yang tenggelam dalam smartphonenya dengan headset terpasang erat di telinga acuh pada keadaan sekitarnya dan saya tersenyum (I used to be one of them actually).

Karena Stasiun Sudirman berada di pusat kota, tak heran setiap kereta yang datang selalu dipenuhi manusia-manusia yang berjubel. Setelah kereta datang, masing-masing peron mendadak dipenuhi manusia dengan berbagai warna, bau dan penampilan. Semuanya bergegas ke pintu keluar. Mengejar waktu. Beberapa di antara mereka menatap saya dengan sinis (atau mungkin iri) karena melihat saya yang duduk dengan santai, tak perlu bergegas seperti mereka mengetik di blackberry saya dan mengamati mereka dengan cengiran usil. Beberapa menatap saya dengan pandangan heran. Dan saya mengamati mereka, mengomentari pakaian mereka (entah karena batik yang mereka gunakan bagus, atau model pakaiannya yang lucu, sepatu sandal mereka yang funky atau bahkan robekan di beberapa tempat yang saya lihat ada di baju atau celana atau rok yang mereka kenakan. Saya mengomentari mereka dalam diam, hanya jari saya yang mengetik lincah di tuts qwerty saya.

Sedang asyik-asyiknya mengamati manusia-manusia yang selalu terburu-buru itu, tiba-tiba di sebelah saya duduk seorang ibu dengan wajah pucat. Ibu itu menoleh kepada saya dan berkata, “rasanya mau pingsan.” MATI BENERAN!!!! Usaha paling kepikir sama saya, ngajak ngobrol itu ibu-ibu supaya pikiran untuk pingsannya hilang (yeah, right, bek!!!). Saya mulai menanyakan kenapa dia mau pingsan. Ibu-ibu yang berasal dari Bekasi tersebut mengatakan bahwa dia yang biasanya naik kereta eksekutif, karena takut terlambat akhirnya naik kereta ekonomi (yang pada akhirnya mengakibatkan dia lebih terlambat ke kantor), dengan suasana manusia di kereta ekonomi yang lebih ganas, si ibu jadi shock dan mau pingsan karena kehabisan oksigen selama perjalanan bekasi-jakarta yang harus dia jalani dengan berdiri. Dari cerita mengenai kereta itu, kami menertawakan mengenai escalator yang mati dan membuat banyak orang terpaksa latihan kardio pagi hari dengan naik tangga. Cerita berikutnya mengenai putra-putrinya, groupies lagu Sheila on 7 yang diketuai oleh anaknya dan potongan lagu Sheila on 7 yang dia nyanyikan bersamaan dengan lagu yang diputar di speaker stasiun. Dan saya tertawa. Kami berdua tertawa. Si ibu (Tengkyuh so much, my dear God) melupakan keinginannya untuk pingsan dan kami berdua tertawa.

Kami berdua, dua orang asing yang bahkan tidak saling mengenal. Hanya bertemu di kejapan sang waktu, tanpa pernah tahu, apakah kami akan bertemu lagi. Berbagi tawa, berbagi cerita, belajar untuk mendengarkan. Dan kami berpisah dengan ciuman di pipi dan janji untuk main ke rumah si ibu di Bekasi. Dan pagi itu saya melambaikan tangan dan mengucap pesan untuk berhati-hati pada sahabat saya dan seorang asing yang mendadak tak asing.

Setiap kata, setiap kedipan mata, setiap pilihan yang kita buat dan kita jalani dalam hidup kita seringkali memiliki sudut-sudut tersembunyi untuk memberikan kejutan kepada kita. Saya memilih untuk tertawa lepas, ikut terkejut, sedikit menangis dan kemudian menari dengan setiap kejutan yang datang, mengambil pelajaran berharga untuk disimpan di hati sebagai bekal hidup dan berlalu untuk menyambut kejutan baru. Dan memang untuk itu kita hidup khan… Menikmati hidup dan mengambil setiap pelajaran berharga di dalamnya.


Cinta dan Cium
Yang Saya Kembalikan Lagi Pada Semesta
Untuk Diberikan Kepada Semua Yang Membaca Catatan Kecil Ini…


Amel



P.s : Catatan ini untuk salah satu manusia penikmat hidup dan manusia yang saya tahu paling mudah berbincang dengan orang asing. Salah satu orang yang menyambut saya dengan pelukan erat dan hangat di belantara Jakarta. Catatan ini kado natal yang saya percepat dan didedikasikan untuk kamu… My beloved Oma Sandy…. A lot of kisses and huggies.

Friday, December 2, 2011

Sepucuk Surat Di Kotak Doa..

Dear Tuhan,

Bulan baru, kota baru, suasana baru dan hembusan hawa hujan yang tak kunjung datang. Dan saya punya cerita untukMu, Tuhan..

Saya bertemu dia. Seseorang yang mungkin tidak sesempurna orang yang lain, tetapi selalu menatap dengan matanya yang teduh. Senyuman tulus yang membuat saya ikut tertawa bersamanya. Kedua lesung di pipinya dan binar di matanya. Dan ketika saya melihat itu semua, siapa yang membutuhkan orang yang sempurna khan, Tuhan? Saya hanya membutuhkannya, mencintai saya dengan sempurna..

Dia menyembahMu dengan caranya yang berbeda. Tapi saya tak peduli. Selama dia mencintai dan takut kepadaMu, bagi saya itu sudah cukup.

Jadi, Tuhan.. Boleh saya meminta untuk memiliki waktu dan cerita bersamanya? Satu permintaan, tapi sangat berarti. Tapi, Engkau, Sang Empunya Waktu.. Dan saya hanya bisa memejamkan mata, berharap dan percaya akan mengabulkannya..

Sincerely,
Me
xoxo