Tuesday, August 17, 2010

#INDONESIA65




Surabaya, 17 Agustus 2010

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

Hari ini, ulang tahun Negara yang sudah saya tinggali sejak saya keluar dari rahim ibu saya tercinta. Saya belum pernah keluar negeri, sehingga tidak bisa membuat perbandingan antara tinggal di Negara ini dengan tinggal di Negara lain, kecuali berdasarkan pengaruh tulisan orang lain di media cetak atau melihat gambaran kehidupan di Negara lain di TV atau membaca buku atau gara-gara cerita orang yang pernah tinggal beberapa waktu di luar negeri. Jadi, saya rasa, kalau pun saya membuat perbandingan, jelas tidak akan seimbang.

Jujur, dibandingkan dengan semua orang di daftar temen saya di facebook maupun media social lainnya, saya termasuk orang yang adem ayem saja menyambut ulang tahun negeri ini. Buat saya, hari ini tidak berbeda dengan hari-hari lainnya. Bedanya, ada yang masuk kantor dan upacara, ada yang libur karena kantornya tidak mengadakan upacara, itu aja. Ketika semua orang heboh meneriakkan merdeka atau dirgahayu atau ucapan selamat ulang tahun di status mereka, saya malah mengutip kata-kata di status seseorang yang saya follow di twitter seperti ini, “Dirgahayu #Indonesia65. I love you til my savings are enough for me to move out to another country”. Saya rasa kalau ada orang yang fanatik mati sama Negara ini, saya pasti udah dimaki habis-habisan gara-gara retweet status kayak begitu :D. Tapi, yah… Buat saya, salah satu definisi merdeka berarti saya bebas menyuarakan apa yang ada dalam pikiran saya, termasuk ketidak sukaan saya terhadap beberapa hal dari negeri ini.

Saya mencintai negeri ini karena budaya, alam, lingkungan dan keramahan masyarakatnya. Saya hidup dan bernafas dikelilingi oleh semua itu. Tapi sayangnya, semua itu tertutupi karena adanya pemberitaan yang terus menerus negative dari negeri ini, dimulai dari korupsi yang terjadi di hampir setiap jenjang yang ada, kasus video porno yang merebak (sampai Justin Bieber terkalahkan :p) dan banyak peristiwa social yang terjadi akhir-akhir ini (misalnya ibu sama anak yang membakar diri karena utang 20 ribu rupiah yang tidak bisa mereka bayar). Semua keindahan, hal-hal baik dari Negara ini tertutupi karena semua hal buruk yang diberitakan oleh media itu (bukan salah media 100 % juga sih, toh mereka juga hanya menuliskan apa yang sedang terjadi di Negara ini).

Salah satu teman yang saya kenal di kampus pernah menulis status di jejaring social, dalam kemarahannya dia menulis, supaya media berhenti memberitakan berita negative mengenai Indonesia. Mengapa? Karena ada sebuah kelas di suatu sekolah yang memberikan tugas kepada muridnya, tugas tersebut mengharuskan murid-murid tersebut menuliskan perspektif mereka mengenai bangsa lain. Secara otomatis, tugas seperti itu membuat para murid yang ada mencari tahu tentang bangsa lain melalui internet. Mereka menemukan bahwa Jepang unggul dengan tekhnologinya, bangsa yang lain unggul dengan kondisi pertaniannya, dsb. Tetapi, ketika mereka mencari tahu mengenai Indonesia, yang mereka temukan adalah kasus korupsi dan kasus video porno Ariel yang saat itu sedang marak diberitakan. Dan Indonesia pun dianggap sebagai negeri para koruptor dan bangsa tak bermoral.

Ketidak pedulian saya terhadap ulang tahun bangsa ini ternyata tidak bertahan lama. Setelah makan siang tadi, saya iseng melihat foto profil kontak teman-teman saya di hape. Salah satu teman saya ternyata memasang foto yang saya gunakan untuk tulisan ini. Dan saya langsung nangis… Kenapa? Karena sejak saya sekolah (yah, di bangku SD lebih tepatnya), saya dicekoki oleh banyak slogan mengenai bangsa ini. Salah satu slogan yang paling sering dimasukkan ke otak saya adalah slogan di atas, “Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya.” Dan menurut saya, gambar tersebut merupakan salah satu bukti nyata bahwa slogan yang diucapkan dari generasi ke generasi tersebut Cuma sekedar omong kosong, supaya anak-anak kecil yang masih polos itu percaya bahwa mereka memang beruntung dilahirkan di Negara yang besar dan hebat ini.

Saya ingat, salah satu tukang becak yang biasa mangkal di depan gang rumah saya adalah pejuang (saya nggak akan bilang mantan pejuang, karena sekali seseorang menjadi pejuang untuk kemerdekaan bangsa ini, kehormatan itu akan tetap melekat padanya, selain itu dia memang tidak pernah berhenti berjuang untuk hidup dari hari ke hari). Bapak tersebut hidup dengan menjadi tukang becak, “rumah”nya adalah kamar yang dikontrak dengan ukuran 3 x 4 m dan berdiri di pinggir sungai Brantas. Kalau dia membutuhkan air, maka dia harus menimba di sumur yang berda sekitar 50 meter dari rumahnya. Untuk makan setiap hari, kadang hanya nasi putih dengan lauk seadanya atau bahkan tidak ada sama sekali. Setiap kali ada yang bertanya, mengapa dia tidak mengambil beras jatah untuk orang-orang yang dulu menjadi pejuang kemerdekaan, dia mengatakan, “Ndak usah. Kalau ambil beras jatah itu sama dengan mengemis. Saya masih kuat kok, masih punya tangan sama kaki lengkap, masih bisa mencari uang sendiri. Biar beras itu untuk yang memang benar-benar butuh.” Bapak tersebut memang hidup sederhana, dengan hanya beberapa potong pakaian yang dia punya, dan sebenarnya sudah lusuh. Tapi, ketika ada upacara 17 Agustus yang diadakan di Taman Makam Pahlawan, jangan ditanya lagi… Dia akan terlihat gagah dengan seragam lawasnya, dengan semua lencana dan gesper yang mengkilat serta sepatu yang tersemir rapi; rambutnya rapi dipadu dengan topi seragamnya dan senyum lebar di wajahnya yang keriput. Dia masih bangga menjadi bagian dari Indonesia.

Menulis catatan ini, benar-benar bikin hati saya miris. Ada banyak hal yang luput dari perhatian mereka yang berkuasa dan dengan bangga mereka adalah pemegang aspirasi rakyat. Yah, jangankan mereka, kadang-kadang saya pun terlalu sibuk sama hidup saya sendiri dan tidak peduli terhadap mereka yang sebenarnya berjasa besar membuat saya bisa dengan bebas dan nyaman hidup hari ini. Dan itu membuat saya malu…

Yah, bagaimanapun juga… Selamat ulang tahun, Indonesia. Saya memang belum bisa memberikan apapun kecuali kata-kata saya yang seenak jidat dan sembarangan di tulisan ini ataupun tulisan-tulisan saya yang lain. Tapi, jauh dalam lubuk hati saya, saya ternyata masih cinta sama kamu, Indonesia… Jangan pernah berhenti untuk berubah ke arah yang lebih baik ya, sehingga anak cucu saya nanti tidak perlu menuliskan catatan senewen seperti ini…

Cheers Up!!!

Amel

Monday, August 16, 2010

I'm Having My Life Without Regret

Surabaya, 14 Agustus 2010

Tulisan pertama di tahun 2010. Tulisan pertama juga di Surabaya… Setelah selama ini jadi manusia “omdo” yang belai-belain beli binder keren dengan duit lelesan yang katanya buat nulis  .. Yeah, anyway, here I am….

Beberapa hari yang lalu saya dapat quote bagus dari @ihatequotes. Quote itu mengatakan “Follow Your Heart With No Doubt, If It’s Right, You’ll Succeed. If It’s Wrong, You’ll Learn”. Banyak sekali kesempatan yang datang pada kita setiap hari, entah itu kita sadari, entah tidak. Semua kesempatan itu mungkin datang dari hal-hal kecil yang mungkin tidak kita sadari atau langsung mendatangi kita dengan kejutannya yang bikin nafas terhenti sejenak.

Bulan Juli yang lalu saya mendapatkan tawaran yang bikin shock, a breath taking moment…Dan tanpa berpikir panjang, saya menerima tawaran itu. Hanya dengan modal: nekat, (over) pede, tahu tanggung jawab dan kemungkinan apa saja yang akan saya terima (tolong dibaca, bahwa dalam 24 jam sehari berarti saya Cuma punya sedikit waktu untuk hidup pribadi saya dan juga untuk orang-orang yang saya sayangi ).. Tanpa tahu hal-hal lain yang juga penting, misalnya kompensasi atas pekerjaan tersebut, dsb. Satu hal yang saya tahu, saya yakin saya bisa dan kesempatan seperti itu tidak akan datang dua kali, kalaupun datang maka entah kapan lagi, mungkin bertahun-tahun lagi. Teman-teman dan (terutama) orang tua saya, mereka semua bilang saya gila, nekat, nggak waras, dan entah apa lagi… Tapi, – Terima kasih, Tuhan Yesus Yang Maha Baik – satu kalimat yang membuat saya tetap maju dengan tegap adalah kata-kata mereka semua yang mengatakan, “apapun keputusanmu, kami selalu mendukung kamu”. Dan saya, dengan kekerasan hati saya, dengan kepala batu yang saya miliki, tetap pada keputusan awal saya. Hanya mencoba mengandalkan apapun yang saya punya dan Tuhan yang menyelesaikan sisanya… (dijundu Gusti Yesus, sembarang kok nyuwun Gusti yang menyelesaikan :p).

Tulisan yang muncul kalo HP saya terkunci adalah “I’m Having My Life Without Regret”… Beberapa orang yang pernah liat hape saya, mereka pasti nanya, kenapa saya masang tulisan seperti itu. Jawaban saya seperti ini: Kalau nanti saya jadi nenek-nenek umur 70 tahun, lagi mellow bello menerawang mantengin langit sore di kursi goyang, saya nggak mau bilang gini ke diri saya, “Damn!! Saya nyesel dulu saya nggak buat gini, saya nyesel gak buat gitu..”. Saya maunya ketika saya lagi melihat apa yang saya lakukan dalam hidup yang Cuma sekali dan singkat ini, saya mau bilang, “Hell Yeah!!! Saya udah pernah nyobain ini, saya pernah nyobain itu…” Dengan senyum lebar di wajah. Yeah, I think I’m going to be a very funky Grandma… *rock on*

Mengambil kesempatan yang bagi sebagian besar orang dianggap sebagai keputusan yang gila dan nekat mungkin tidak akan gampang. Akan ada banyak cibiran, cemoohan dan groupies haters yang tertawa di belakang punggung kita. Tapi, ketika keputusan yang kita ambil salah, mereka hanya akan lebih keras menertawakan kita, tapi kita jatuh dan belajar sesuatu. Kalau kita mengambil keputusan yang benar, kita yang akan tertawa dan menang. Salah maupun benar, kita belajar sesuatu dan dari pembelajaran itu, kita mengerti dan memahami esensi hidup, sehingga tidak ada waktu dalam hidup yang (kata temen saya tadi pagi) terlalu singkat untuk disia-siakan.

Cheers Up!!!

Amel