Saturday, January 21, 2012

Penyihir Kata

Kata.. Kata.. Kata.. Memberi rasa.. Meniupkan harapan.. Menjatuhkan beberapa hati.. Menusuk yang lain..

Kata.. Kata.. Kata.. Seuntai.. Merayu.. Membujuk.. Menyembuhkan.. Menyakiti..

Tapi katamu bukanlah sihir..

Namun kataku adalah mantra..

Dan aku merapalnya..
Untuk membangun semua tembok itu..
Menjauhkan semua penyihir palsu sepertimu..

...

Jakarta, 20 Desember 2012
08.51 pm

I am a wizard, darling..
Don't play any words with me..
Because I can burn you with my words..

Friday, January 20, 2012

Tentang Mereka Yang Jatuh Cinta



Jakarta, 20 Januari 2012

Tulisan pertama setelah proyek 15 hari menulis di blog gagal karena sakit, sibuk dan terutama malas.. Yeah, no excuse for that, right?

Judul ini sama dengan judul salah satu bab di buku Life Traveller. Salah satu buku favorit saya. Salah satu bab favorit saya dalam buku tersebut. Gambar pembatas bab ini sangat sederhana. Bangku kayu di taman dengan dua burung pipit atau burung gereja (saya tidak pernah bisa mengetahui jenis burung yang ada).

Pernah mengamati mereka yang sedang jatuh cinta?? Saya selalu suka mengamati mereka yang sedang dimabuk cinta. Baik tua maupun muda.

Akan selalu ada mata yang berbinar bahagia, kilasan merah muda samar di pipi, jalan yang dilalui dengan bergandengan tangan, dan orang yang jatuh cinta selalu dilingkupi halo yang membuat mereka entah mengapa, bersinar. Saya biasanya tersenyum melihat mereka yang sedang jatuh cinta. Ada perasaan bahagia yang entah mengapa.. Menular.

Jatuh cinta, bisa dialami oleh siapapun. Apapun jendernya, berapapun usianya. Ekspresi mereka pun bermacam-macam. Ada yang langsung terlihat. Ada pula yang mengekspresikannya dalam diam, namun tak kalah menyentuh ketika diperhartikan.

Salah satu cerita mengenai pasangan yang jatuh cinta favorit saya adalah cerita dari seorang server di sebuah restoran. Setiap minggu malam, ada pasangan tua yang datang ke restoran itu. Keduanya berusia senja, selalu memilih meja yang sama setiap kali mereka ke sana (meja yang salah satu sisinya adalah jendela kaca), selalu memilih menu makanan yang sama. Sup. Mereka akan menyantapnya dalam diam. Dengan keterbatasan kecepatan gerak mereka yang tak muda lagi mereka akan menghabiskan sup tersebut dalam diam. Awalnya sang pramusaji heran mengenai pasangan ini. Tidak ada komunikasi di antara mereka. Tapi ternyata, selama makan malam tersebut, tangan sang suami selalu menggenggam tangan sang istri di bawah meja. Dan setelah santap malam mereka selesai, mereka akan membayar (dengan meninggalkan tip yang cukup besar). Sang suami akan membantu istrinya berdiri, membantu mengenakan kembali jaketnya dan mereka berdua akan berjalan bergandengan tangan sambil tertatih dalam diam meninggalkan restoran tersebut.

Djenar Maesa Ayu pernah mengatakan bahwa mencintai berarti jatuh cinta setiap hari dengan cara yang baru dan berbeda kepada orang yang sama.

Saya menyukai cerita tersebut karena setelah bertahun-tahun, kedua pasangan tersebut tetap saling jatuh cinta satu sama lain. Dan kadang, semua itu bisa dilakukan tanpa perlu kata. Namun, semua orang bisa merasakannya.

Ada begitu banyak cerita tentang mereka yang jatuh cinta dalam hidup kita sehari-hari. Kadang begitu jelas terlihat, seperti saya yang menyaksikan kedua orang tua saya yang selalu jatuh cinta satu sama lain. Terkadang, tanpa disengaja kita menemukannya di tengah hiruk pikuk kota. Atau mungkin, cerita tentang mereka yang jatuh cinta adalah cerita kita sendiri.. :)

Cheers,
Amel

Tuesday, January 10, 2012

He Never Give You Temptation More Than You Can Handle




Jakarta, 9 Januari 2012

Jujur saja, tulisan ini adalah tulisan penghiburan untuk diri saya sendiri. Bukti nyata betapa orang tua saya sudah mendidik saya dengan nilai-nilai kristiani yang baik dan kata oma buyut saya, zakelijk.

Dibesarkan dengan nilai-nilai Katolik, baik di rumah maupun di sekolah sejak saya lahir sampai dengan SMA membuat saya sedikit banyak menerapkan nilai-nilai tersebut dalam hidup saya. Meskipun hal ini tidak membuat saya lebih rajin membaca Kitab Suci :D.

Ada beberapa peristiwa dalam hidup saya yang membuat saya hanya bisa menangis dalam diam. Yang membuat saya bersyukur, masalah-masalah tersebut selalu dalam koridor sekolah atau pekerjaan. Apabila ayah saya melihat saya menangis seperti itu, yang biasanya beliau lakukan adalah memeluk saya dan berkata, “Sudahlah, nak.. Sabar.. Tuhan nggak akan memberikan kamu hal lebih dari yang bisa kamu tanggung. Tetap yakin dan percaya.” Biasanya kalimat tersebut akan membuat saya menangis lebih kencang dan pelukan ayah saya akan semakin erat. Sampai saya menjadi lebih tenang.

Tapi, saya menyadari. Beberapa hari, minggu, bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian, peristiwa yang saya tangisi tersebut membuat saya menjadi lebih kuat. Menjadikan saya seseorang yang saat ini dilihat dan dikenal banyak orang.

Semua peristiwa, setiap langkah yang terkadang terlihat sederhana, atau bahkan tak terlihat ternyata memiliki andil besar untuk menjadikan saya, anda atau siapapun kita saat ini menjadi seseorang yang lebih kuat, lebih tegar. Seseorang yang pernah jatuh, namun kemudian bangkit kembali dengan tegak. Terluka tapi telah sembuh. Membekas, tapi telah mempelajari sesuatu dalam hidup. A lesson learned for life.

Dan pada akhirnya, ayah saya, seperti biasanya, benar. Saya diberi cobaan untuk Sang Penulis Cerita Hidup, tak pernah melebihi kekuatan saya. Ia member, karena Ia yakin, saya dan anda semua mampu menghadapinya. Kuncinya hanya yakin dan percaya.

Cheers,
Amel

Ps : Catatan ini untuk Ayah saya tercinta, Mangkung Yosef.
Ayah terbaik yang bisa dimiliki oleh seorang anak.
Yang dengan tegar melihat anak-anaknya terjatuh, terluka namun bangkit kembali dengan tegar dan penuh kemenangan.
Namun selalu ada setiap kali putra-putrinya membutuhkan.
This is for you, Pa.. I love you.

Saturday, January 7, 2012

Penyihir Hujan




Patra mengangkat wajahnya dari layar komputer di mejanya. Mendengarkan suara langkah kaki yang khas itu. Dan menatap trotoar depan rumahnya.

Perempuan tersebut berjalan dengan separuh menunduk di senja yang didominasi biru itu. Senja kali ini terlalu terik untuk dicintai. Panasnya masih menyengat.

Seperti biasanya, ia memakai rok. Di bawah lutut atau semata kaki. Kadang polos, kadang berbunga-bunga, kadang sewarna pelangi. Dengan sepatu bersol tipis favoritnya.

Perempuan tersebut, berhenti sejenak. Mendongakkan kepalanya dan mengusap peluh di dahinya. Seakan berkata, "kenapa engkau jahat sekali, jingga? Terikmu membakar. Seharusnya hanya Tuan Besar Matahari yang boleh begitu!!"

Perempuan tersebut menggoyangkan kepala, menengadahkan kepala dan mengucap sebaris kalimat dari bibirnya..

Rapalan mantra.

Sang jingga mendadak muram. Mengubah rautnya menjadi kelabu. Dan titik-titik besar air pun mulai luruh.. Ia tersenyum dan menari diiringi gemuruh langit di atasnya dan kecipak riuh di kakinya.

Perempuan itu tertawa. Dengan tawa keras dan renyah yang memancing orang lain ikut tertawa. Patra pun ikut tertawa. Menikmati kegembiraan perempuan itu meski berada di bawah lindungan atap. Dan tetap tersenyum sambil mengawasi perempuan tersebut berlalu di tengah rintik hujan. Dengan langkah sedikit melompat, seolah menari.

Patra tak pernah tahu namanya. Tak pernah berani keluar, menyapa dan menanyakan namanya. Ia hanya tahu bahwa perempuan itu menyukai hujan. Dan sanggup menghadirkan hujan ketika ia mau.

Baginya perempuan itu adalah penyihir dengan mantranya. Seorang pemuja hujan. Seperti Patra yang sedikit demi sedikit, terpisah rintik hujan, memuja perempuan itu.

...

Jakarta, 7 Januari 2012
08.36 am

Wednesday, January 4, 2012

Siapa Bilang Aku Jatuh Cinta Denganmu?




Siapa bilang aku jatuh cinta denganmu?
Meskipun aku menyukai senyuman yang tersungging di bibirmu..
Meskipun aku menyukai kerlipan jahil di matamu..
Meskipun jantungku mendadak jungkir balik di rongganya setiap kali kamu menelpon..
Meskipun aku membicarakanmu berulang-ulang dengan temanku..
Dan setiap waktu yang kita lewatkan bersama tetap kubawa ke dalam lelapku..


Kamu…
Seperti kerlipan bintang di awan yang gelap
Cemerlang kemudian hilang
Timbul tenggelam di antara awan yang terus berputar
Mengasap dalam merahnya langit malam
Terkadang ada, terkadang tiada


Dan aku..
Menyukai kerlipanmu yang malu-malu
Setelah terbuai dengan warna-warni jingga yang kuat
Seberkas kesejukan di malam yang temaram
Setelah senja yang membekas


Siapa bilang aku jatuh cinta denganmu?
Kamu hanya selingan manis yang muncul sesaat di hariku
Membuatku tertawa dan kemudian terlupakan



Jakarta, 4 Januari 2012
06.13 pm


Untuk kamu,
Yang mengira bisa melelehkan baja hanya dengan senyuman dan kata-kata manis
You are so damn wrong, baby

I Am Choose To Be Happy




Jakarta, 3 Januari 2012

There is no duty we so much underrate as the duty of being happy ~ Roberts Louis Stevenson

Salah satu tempat yang menurut saya termasuk surga adalah toko buku. Apapun, Gramedia, Toga Mas, Kinokuniya atau bahkan lapak buku bekas di Kwitang. Titipkan saya ke pelukan ke toko buku dan saya akan dengan setia berkeliling dan membaca disana. Saya sepenuhnya menyalahkan ayah saya untuk kebiasaan membaca saya.. (I love you,papa.. I always give thanks for this habit.. :D).

Kalimat di atas saya temukan di salah satu gerai toko buku Times. Terpaku di salah satu sisi tembok, di atas raknya. Tertanam di antara beberapa kutipan kalimat dari orang-orang terkenal. Dan saya tertohok tepat di ulu hati.

Being happy is not only a right, it's a duty!!! Dan seperti halnya kewajiban, maka harus dipenuhi.

Ada banyak hal terjadi di keseharian kita yang membuat kita tidak bahagia. Mulai hal kecil sampai dengan hal yang besar. Matahari yang terlampau panas, jalanan yang macet (if you live in jakarta and asked for an empty road, just forget it.. Except for Lebaran and car free day), bos yang mukanya manyun dan pemarah, utang yang belum dibayar, penyakit yang terlalu berat untuk ditanggung, apapun. Ada banyak hal yang bisa memicu kita untuk tidak bahagia. Reaksi yang diberikan kita (sebagai manusia normal) biasanya adalah marah. Dan marah selalu memicu ketidak bahagiaan.

Saya termasuk manusia pemarah cenderung karena kurang sabar (tanya sama emak tercinta saya di rumah :D. Tapi karena akhir-akhir ini mendengar banyak orang mengeluh mengenai sesuatu dalam hidupnya tanpa mau berbuat sesuatu untuk memperbaikinya, membuat saya bertanya. Jadi, mengapa harus mengeluhkan semua hal?

Dari banyak peristiwa yang saya lihat tersebut (melihat banyak uban bertambah dan tensi darah yang naik), saya akhirnya memilih untuk lebih santai dalam menjalani hidup dan bersyukur untuk semua hal yang terjadi dalam hidup saya, baik maupun buruk.

Saya memilih untuk bahagia.

Hidup memang tidak selalu biru seperti awan di langit. Tidak ada yang pernah menjanjikan memang (jangan percaya kecuali Tuhan yang ngomong secara pribadi sama kamu). Akan selalu ada badai yang diberikan sebagai ujian dari Pemberi Cerita Kehidupan.

Saya memilih untuk melihat jingga senja dibandingkan pacaran mesra sama kompie. Saya memilih sekali-sekali menjadi tidak sempurna bagi semua orang, karena hal tersebut melelahkan. Saya memilih untuk menjadikan setiap kesalahan sebagai pembelajaran. Saya memilih untuk berkumpul dengan orang-orang tersayang.
Ada banyak alasan untuk memilih menjadi bahagia (selain alasan, "biar bisa beli botox"). Tergantung cara kita menghadapi dan menilai masalah.

Saat ini saya sedang dalam memenuhi kewajiban untuk menjadi bahagia..

Kalau kamu???


*cheers pake mocktail shirley temple"
Amel

Tuesday, January 3, 2012

Jangan Pernah Menyesal




Jangan pernah menyesal..

Untuk setiap langkah yang telah kau ambil
Untuk setiap senyuman yang kau berikan dengan tulus
Untuk kesempatan mencintai seseorang dengan segenap serpihan hatimu
Untuk setiap pilihan yang kau buat

Karena..
Setiap langkah dan pilihan yang kau buat membawamu sampai di tempat kau berada sekarang
Dengan kedewasaan dan pelajaran berharga yang diberikan oleh kehidupan dengan melimpah..

Penyesalan hanya untuk..
Setiap langkah yang urung kita ambil
Kata cinta yang tersimpan di ujung lidah tanpa terkatakan
Untuk tidak membuat pilihan apapun

Yang membuat kita terdiam di tempat
Tak bergerak
Sementara melihat sekeliling kita menari dengan dinamis

Buat pilihan..
Nikmati hidup..
Jangan pernah menyesal..

....

Jakarta, 3 Januari 2012
12.26 am

Monday, January 2, 2012

Take A Risk.. Most Of The Time It's Worth To Fighting For



Jakarta, 2 Januari 2012

Saya sangat menyukai karya-karya Paulo Coelho. Baik itu buku, cerita pendek maupun twit-twitnya. Dua sahabat saya, Iva dan Meity, menyebutnya Paulo Colo-Colo.. Karena mereka kadang menganggap apa yang dituliskan Coelho itu konyol. Saya, tertawa kencang karena setiap alasan yang dipakai mereka berdua..

Salah satu postcard Paulo Coelho yang saya ambil di websitenya bertuliskan, "Time to leave the comfort zone, bad behaviour is not the same as evil behaviour". Saya sangat menyukai kalimat ini, di samping sekian banyak kalimat-kalimatnya yang seringkali saya kutip.

Keluar dari zona nyaman dan memasuki dunia baru itu rasanya.. Seperti rujak cingur. Pedes, deg-degan nggak sengaja makan cingurnya (saya benci banget rasanya yang kenyal-kenyal aneh.. #bergidik), sedikit pahit, gurih tapi tidak bisa berhenti. Sampai bumbu rujaknya tandas karena dimakan dengan krupuk (yeah!! Dan sekarang saya ngidam rujak cingur, jam segini #tepok jidat). Rasanya ramai dan bikin ketagihan.

Tidak enak karena kita terbiasa dengan suatu rutinitas dimana semuanya bisa kita kerjakan dengan lancar atau karena sudah banyak orang mengenal kita, kemudian semuanya harus berganti, hal-hal baru yang harus dipelajari, orang-orang baru yang harus dikenali dan dimengerti karakternya. Semuanya serba baru. Kembali lagi dari nol. Menjadi orang bodoh kembali. Belajar dari awal lagi. Tapi di situ justru tingkat keseruannya khan. (^o^)v Ada tantangan di hadapan kita untuk menaklukan situasi baru. Situasi yang membuat kita harus menentukan sikap dan membuat pilihan. Mengambil resiko.

Mantan papi bos saya pernah mengatakan kepada saya (dan sampai sekarang masih melekat kuat di otak saya), saya harus belajar membuat keputusan meskipun itu berat, kalau keputusan tersebut benar berarti saya belajar sesuatu; tapi ketika keputusan yang saya ambil salah, saya harus mempertanggung jawabkan pilihan tersebut, siap sedia dimarahi, tapi saya belajar sesuatu yang lebih lagi. Belajar untuk tidak membuat kesalahan yang sama karena konsekuensinya akan berdampak pada banyak orang. Tapi yang lebih besar lagi, saya belajar untuk keluar dari zona nyaman saya, mengambil resiko. Ada beberapa keputusan saya yang salah, memang.. Menyesal luar biasa, pastinya.. Tapi toh dari situ saya akan berusaha untuk membuat kesalahan yang sama. Selama pertimbangkan masuk akal dan diperhitungkan dengan benar, maka keputusan bisa diambil dengan tepat.

Berbekal ajaran ini, saya seringkali melakukannya dalam hidup saya.. Meninggalkan zona nyaman, mengambil resiko dan akhirnya menjalani hidup saya secara maksimal. Hal ini pula yang membuat saya gemas bahkan jengkel ketika mendengar atau melihat seseorang yang tidak bisa membuat keputusan dengan alasan, takut dimarahi. Hal ini cukup lama berlangsung sampai saya menyadari bahwa setiap orang memiliki pilihan dan memilih.

Saya benar-benar membuat hidup menjadi lebih hidup ketika saya berani mengambil resiko. Beberapa membawa saya ke belokan yang salah, namun dengan dukungan yang luar biasa dari orang-orang tersayang, saya kembali dengan lebih kuat karena saya punya pelajaran berharga yang saya ambil dari pengalaman salah belok tersebut.

Hari ini, hari kedua di tahun yang baru. Belum terlambat untuk melakukan resolusi tahun baru, bukan? Resolusi tahun baru saya adalah lebih banyak bersyukur, lebih sedikit khawatir, lebih menikmati hidup, melakukan perjalanan ke beberapa tempat, mengambil resiko dan keluar dari zona nyaman saya.

Untuk hidup lebih hidup!!!!

Cheers,
Amel

Karena RancanganKu Bukanlah Rancanganmu...



Jakarta, 1 Januari 2012

Selamat Tahun Baru!!!
*bayangkan saya mengucapkan ini dengan wajah sumringah dan tangan menggenggam terompet, siap untuk meniupnya*

Tahun baru kali ini, sama seperti natal, saya merayakannya jauh dari keluarga di Malang. Sedih?? Pastinya!!! Akan tetapi selalu ada konsekuensi dalam setiap impian dan keputusan, bukan??

Hari pertama di tahun baru ini dihiasi dengan hujan semenjak pagi. Langit di kota Tangerang sedang galau. Hujannya sebentar deras kemudian berhenti. Begitu terus menerus. Cuaca yang saya manfaatkan dengan tidur siang yang cukup lama. Siang ini pula, saya mendengar berita duka dari seorang kenalan keluarga, bahwa putra pertama mereka meninggal dunia pagi hari tadi.

Yohanes James Frederick. Baru berusia 23 tahun, dua minggu lagi akan diwisuda dengan gelar Sarjana Hukum dari Universitas Diponegoro, Semarang. Anak pertama dan satu-satunya lelaki dari dua bersaudara. Kebanggaan ayahnya yang akan meneruskan profesi ayahnya sebagai pengacara.

Saya memang tidak pernah mengenal dia secara personal. Namun, saya berusaha memahami perasaan keluarganya, kehilangan buah hatinya di tahun yang baru berjalan lima setengah jam. Dan mewakili ayah saya yang ada di Malang, saya bersama om, tante dan kakak sepupu saya, kami menghadiri misa requiem James.

Khotbah yang disampaikan oleh romo sangat bagus menurut saya. Dikatakan bahwa, "Anak adalah titipan. Kapanpun Pemiliknya memintanya kembali, siap ataupun tidak, sebagus apapun rancangan kita kepada anak tersebut, kita harus mengembalikannya. Karena seperti tertulis dalam Alkitab, rancanganKu bukanlah rancanganmu."

Kebenaran menyakitkan yang harus diterima dengan lapang dada.

Menurut saya, seharusnya anak adalah pihak yang menguburkan orang tuanya. Bukan sebaliknya.

Kedua orang tua James meratapi kepergian putra mereka yang hanya dititipkan sebentar kepada mereka. Tangisan mereka pilu dan menyayat hati. Tidak ada yang lebih miris ketika mendengar tangisan seorang ibu atau ayah yang kehilangan putra atau putri mereka seperti yang saya dengar sore ini.

Butuh kekuatan, ketegaran dan keteguhan hati dan iman untuk menghadapi hal ini. Kekuatan, ketegaran dan keteguhan hati dan iman untuk melepaskan putra mereka pergi dan tetap percaya bahwa rancanganNya terindah.

Saya mempersembahkan tulisan ini kepada setiap orang tua yang kehilangan putra/putri mereka.. Pujaan hati mereka. Dan tetap kuat menghadapi semuanya..

Cheers,
Amel