Saturday, April 7, 2012

Merantau..


Jakarta, 6 April 2012

Jumat Agung pertama di Jakarta. Tanpa hujan. Hanya menyisakan gerah. Malam lain di kedai fast food internasional.

Ada beberapa nama dalam kontak bbm atau whatsapp yang saya sukai karena enak untuk diajak berbincang. Baik itu obrolan serius atau obrolan hore yang tak tentu arah. Mencari jawaban dan setitik kewarasan dalam perbincangan tanpa suara yang terpentang jarak seperti itu.

Perbincangan saya pagi ini, dengan salah seorang teman kost pada saat saya bekerja di Surabaya dulu. Setelah menanyakan kabar satu sama lain dan kabar seseorang yang kami kenal, saya menyemangatinya untuk berpindah profesi, dari sales promotion girl (spg) menjadi waitress supaya bisa bekerja di kapal pesiar. Dan jawabannya, “aku bakalan kangen berat kalau jauh dari orang tua, Mel.. “

Dan jawaban ini membuat saya teringat pada kedua orang tua saya dan keputusan saya untuk merantau.

Saya bersyukur luar biasa karena memiliki orang tua seperti yang saya miliki. Mereka berdua tidak pernah melarang saya melakukan apapun yang saya sukai, selama saya bertanggung jawab. Pesan orang tua saya selama menyelesaikan studi saya adalah, “Kamu boleh kemana aja, terserah… asalkan pendidikan kamu selesai.” Kalimat ini menjadi salah satu penyemangat saya dalam menyelesaikan studi. Dan setelah saya menyerahkan ijazah saya, orang tua saya menepati janjinya. Kemana pun saya ingin pergi merantau, tidak sekali pun dihalangi oleh mereka. Awalnya Surabaya dan kemudian Jakarta. Dengan 100 % dukungan dan cinta dari mereka.

Kangen rumah?? Pastinya!!! 23,5 tahun hidup bersama kedua orang tua dan kedua adik saya, dan kemudian harus berbagi rumah dengan 10 gadis lain yang belum pernah saya kenal sebelumnya (dan pada akhirnya memberikan warna baru dalam kehidupan saya sebagai orang dewasa). Setiap dua atau tiga hari sekali, saya atau orang tua saya bergantian menelpon. Dan selama saya tinggal di Surabaya, hampir setiap minggu saya usahakan untuk pulang ke rumah yang hanya berjarak 2,5 jam perjalanan naik motor atau bis.

Sujud syukur saya adalah karena meskipun seringkali saya kangen berat dengan rumah, kedua orang tua saya tidak pernah ‘ngaboti’ langkah saya dengan melarang keinginan saya untuk merantau. Hal ini yang membuat saya ringan dalam melangkah. Restu dan cinta mereka yang tanpa syarat. Tidak ada air mata untuk langkah saya yang semakin hari semakin jauh dari rumah untuk belajar jadi manusia dewasa seutuhnya. Orang tua saya selalu ikut berbahagia dengan pilihan saya, tertawa dengan semua cerita-cerita saya yang menyenangkan dan memberikan pelukan, dukungan dan kebebasan untuk pulang kapan pun saya membutuhkan mereka. Tanpa pertanyaan hanya cinta.

Untuk pengorbanan dan full service love dari kedua orang tua saya itulah saya menghaturkan sujud syukur yang luar biasa. Karena dari mereka, saya mempelajari banyak hal berharga tentang hidup.


Cheers,
Amel

P.s : Ketika saya pulang hampir setiap minggu selama di Surabaya dulu, atasan saya seringkali menasihati saya supaya tidak terlalu sering karena saya akhirnya tidak bisa menabung dan jadi tidak bisa mandiri. Dengan keras kepala, saya mengatakan bahwa, saya pulang sesering saya bisa karena mungkin suatu hari nanti, saya akan berada jauh dari rumah dan tidak bisa sering pulang. Atasan saya hanya menggeleng-gelengkan kepala untuk kekeras kepalaan saya.

Hari ini, saya ingin mengatakan, saya tidak menyesal untuk mengeluarkan uang dan waktu saya setiap akhir pekan pulang pergi Surabaya – malang karena waktu-waktu yang saya habiskan bersama keluarga tersebut waktu-waktu berharga yang nilainya tidak bisa diukur oleh uang.

Skala prioritas yang berbeda antara anda dan saya.

Wednesday, April 4, 2012

Cerita Tentang Bangku Kosong



Mari kemari..
Duduk di sampingku..
Menghirup malam..
Mengalirkannya dalam setiap pori di tubuh..
Menggigil sambil berpaling dari kemilau bulan..
Aku ingin membisikkan rahasia padamu..

Tentang pintaku untuk berkeliling dunia..
Melihat semua tempat yang selama ini hanya kubaca di lembar demi lembar halaman mewah tersebut..
Menjelajah setiap sudut yang mungkin tak terekam dalam catatan-catatan tersebut..
Menikmati semua rasa eksotis yang tak pernah bisa dikecap melalui tulisan-tulisan tersebut selain melalui imaji..

Tapi kataNya aku harus menunggumu..
Supaya bisa berbagi semua perjalanan dan rasa itu denganmu..
Berbagi setiap pagi, senja dan malam denganmu..

KataNya, aku harus menunggumu..
Karena denganmu aku aman..
Pelindungku dalam setiap langkah, kelokan dan persimpangan..
Yang tak pernah melepaskan genggamanku meski sejenak..

Aku pun menurut..
Aku menunggumu..
Sambil duduk di sini dan menuliskan semua tempat yang ingin kujelajah denganmu..
Dan ketika kamu datang..
Kita bisa menyatukan tulisan keinginanmu denganku..
Berpetualang, bergandengan tangan, berbagi tawa dan cerita..

Bersama..

...
Jakarta, 4 April 2012
08.16