Sunday, December 30, 2012

HAPPY CHRISTMAS EVERYBODY!!!!




Jakarta, 29 Desember 2012

Saya rasa ini tulisan pertama yang saya buat dengan semua huruf kapital di bagian judul. Baru empat hari  sejak liburan favorit saya ini berlalu. Menurut saya, Natal selalu penuh dengan keajaiban. Meskipun, seperti tahun lalu, ini adalah Natal kedua jauh dari rumah. Tapi, seperti kata Mama, nggak boleh ngeluh! Hahahahahaah… Karena saya sendiri yang memilih untuk bekerja 800 km jauh dari rumah. :D

Latar belakang keluarga besar yang multi kepercayaan membuat hari raya yang saya ikuti bukan saja hari raya saya sendiri seperti Natal dan Paskah, tapi juga Lebaran. Dan hal itu menyenangkan luar biasa! Ketika keluarga saya sendiri merayakan Natal, keluarga yang lain juga ikut Natalan, berkumpul bersama di rumah sambil ngobrol kiri kanan, menghabiskan semua kue dan makanan yang dibawa oleh semua keluarga (YES! Meskipun Mama selalu masak saat Natal, tante dan om yang lain dengan baik hatinya ikutan potluck untuk makan siang bersama). Pas Lebaran, we are proudly welcome ketupat sayur and opor ayam to our tummy #nyengir, tapi sebelumnya sungkem cantik sama Eyang Putri tercinta yang selalu siap sedia menampung semua anak, keponakan dan cucu-cucunya yang berisiknya naudzubillah ini. AND WE ARE SO HAPPY!!!! Dan tidak pernah ada masalah dalam hal ini.

Tahun ini, MUI mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa mengucapkan Selamat Natal kepada mereka yang merayakan adalah haram.

Dengan segala hormat, berita seperti ini menurut saya amat sangat membosankan. Ketika negara lain melakukan pro kontra mengenai sah tidaknya hukuman mati atau penggunaan nuklir atau masalah peperangan atau bahkan berdebat mengenai perlunya para penderita AIDS diperlakukan secara normal di tengah masyarakat kita, Indonesia – negara multikultural, multiras dan mengakui adanya 5 agama dan 1 kepercayaan – hanya memperdebatkan mengenai boleh tidaknya saudara-saudara Muslim mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani.

Awalnya, saya sabodo teuing dengan urusan yang menurut saya konyol ini. Karena, satu, saya percaya, teman-teman yang saya miliki adalah mereka yang memiliki pikiran terbuka, dasar pertemanan yang kami miliki adalah kecocokan, bukan karena agama yang saya peluk. Kedua, kalau pun teman-teman saya setuju dengan pernyataan MUI ini karena ada dasar yang memang kuat untuk melakukannya, dengan sangat gampang,mereka tidak perlu mengucapkan apapun kepada saya. Lagipula, setelah hampir sekian tahun saya hidup, kenapa masalah ini baru diperdebatkan sekarang yak? #gelenggelengkepalanggakhabispikir

Ucapan Natal yang saya dapatkan mulai berdatangan sejak tanggal 24 Desember pagi. Can you imagine that? Hehehehehehe.. Tidak hanya dari teman-teman saya yang sama merayakan Natal tetapi juga mereka yang Muslim, Hindu dan Buddha #smilingeartoear.

Rupanya, ketidakpedulian terhadap maklumat tersebut diuji. Balasan saya kepada setiap ucapan Natal yang saya terima adalah, “Terima kasih untuk ucapannya. Semoga damai dan sukacita Natal juga selalu bersama kamu dan keluarga.” Saya menerima berkat berlimpah dan meriah ketika Romo memberikan berkatnya di penghujung Misa Natal (well, dan misa-misa lain yang saya ikuti), damai dan sukacita yang bisa dibagikan kepada semua orang, tanpa peduli siapapun orangnya dan apapun kepercayaan yang dianutnya, atau bahkan tidak dia anut. Anyway, balasan dari teman saya via bbm tersebut adalah, “Oh, nggak perlu , cin.. Aku Muslim, bukan Kristen. Saya nggak perlu damai sama sukacita dari kamu.” Well, oke.. J

BBM kedua, yang sekali lagi menguji ketidak pedulian saya, saya dapatkan di pagi Natal dalam perjalanan saya ke Tangerang. Potongan bbm tersebut saya satukan, meskipun ada bagian yang entah bagaimana hilang, dan saya jadikan gambar untuk tulisan ini. Sebuah broadcast message dari seorang calon crew kapal.

Menurut saya, menyebarkan bbm dengan kalimat provokatif tanpa berpikir terlebih dahulu dan memilih penerima dari pesan tersebut adalah BODOH!!! Apapun pesan yang yang disebarkan. Dan sepertinya kali ini, isu mengenai agama ini yang diangkat. Saya tidak bisa mengerti, kenapa ada orang yang mau menyakiti perasaan orang lain dengan sadar padahal yang diperdebatkan adalah sesuatu yang bersifat pribadi.

Tapi kesal saya tidak bertahan lama. Saya memilih untuk bersenang-senang di hari kelahiran Papi J tersayang ini dengan tidak mengacuhkan bbm konyol dari orang-orang yang bahkan tidak berarti dalam kehidupan saya. Jadi, yang saya lakukan adalah tersenyum dan tetap membagikan sukacita yang saya miliki kepada semua orang. Well, I am celebrating, right?

Meskipun setelah saya memberikan balasan itu kepada dua orang kontak bbm tersebut, saya menghapus mereka dari daftar kontak saya. \(^o^)/. Saya harus mengakui, saya tidak punya batas toleransi kepada orang-orang yang berpikiran sempit seperti itu dan memutuskan hubungan apapun yang saya miliki dengan mereka akan membuat hidup saya jauh lebih baik dan tidak rumit.

Saya tahu, dengan menulis catatan ini dan mempublikasikannya di sosial media dan blog pribadi saya, mungkin ada banyak yang tidak setuju. Mungkin akan ada banyak komentar mengenai hal ini, baik yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Mungkin juga ada beberapa orang yang akan menghapus saya dari daftar pertemanan saya dengan mereka, seperti saya menghapus dua kontak bbm saya tersebut. Tapi, sekali lagi, ini adalah sosial media, dimana setiap orang bebas memberikan pendapatnya. Dan dengan senang hati saya akan menerimanya.

Saya juga berterima kasih kepada semua orang yang sudah mengucapkan Selamat Natal kepada saya melalui media apapun. Terima kasih! Siapapun anda, apapun agama anda, apapun latar belakang anda.. Saya berterima kasih karena sudah menghargai saya sebagai seorang manusia yang merayakan kepercayaannya dengan bebas. Semoga damai dan sukacita Natal selalu beserta anda dan keluarga kapan pun dan dimana pun anda semua berada. Berkah dalem!

Cheers,
Amel

A Lesson From Abarat



 
Jakarta, 29 Desember 2012

Saya mulai membaca Abarat sekitar awal tahun 2000 (saya lupa kapan tepatnya). Saya tertarik dengan sampulnya yang berwarna biru tengah malam. Dan semakin saya membaca buku karangan Clive Baker itu, saya jatuh cinta. Sama seperti saya jatuh cinta kepada Christopher Paolini dan J.K. Rowling. Lebih menakjubkan lagi, Baker menyelipkan banyak puisi, entah itu milik orang lain ataupun miliknya sendiri, di dalamnya. Beberapa waktu yang lalu, sambil menunggu film Life of Pi di salah satu Cineplex dimulai, saya iseng berkeliling ke gerai buku diskon Gramedia. Dan di salah satu rak di bagian paling belakang toko, tergeletak, lanjutan buku Abarat. Kali ini sampulnya berwarna oranye. Dan didiskon!!! *bahagia lahir batin* Tidak perlu menunggu lama (saya bersyukur luar biasa, hari itu adalah salah satu hari dimana saya baru saja gajian), saya membawa lanjutan Abarat itu ke kasir. Dan di bagian prolog, bagian yang saya kutip di tulisan sebelumnya, saya tercenung. Baker menulis, “Orang-orang yang kejam terhadap sesamanya selalu menyimpan rasa takut.”

Saya tidak benar-benar menyadari mengenai kebenaran kalimat tersebut sampai hari Rabu yang lalu. Like wise man said, there is no such things like coincidence.

Hari ini, dimulai dengan biasa-biasa saja. Meskipun, entah mengapa, seminggu terakhir penyakit insomnia saya melanda. Kandidat yang akan saya interview hari ini, hanya beberapa orang. Ruang tunggu interview hari ini tidak sepenuh hari-hari lain.

Menjelang jam 10 pagi, datang seorang laki-laki yang pakaiannya biasa-biasa saja. Hanya mengenakan kemeja putih bergaris-garis  (yang sudah agak menguning) dan celana krem. Kalau bahasa orang yang bekerja di dunia perhotelan, grooming orang tersebut biasa-biasa saja. Dari awal dia datang, tanpa sepatah kata pun, tatapan menyebalkan langsung menuju kamar mandi. Setelah itu, dia keluar dengan nada sengak dia mengatakan ingin menemui seorang teman saya untuk interview. Saya mengatakan untuk menuliskan namanya dan mengambil nomor antrian. Kemudian saya masuk ke dalam untuk menghidupkan kembali video yang sudah mati. Ketika saya keluar, ternyata penghitung jumlah antrian di mesin tidak menunjukkan perubahan. Artinya, kedua kandidat yang baru datang belum ada yang mengambil nomor antrian. Maka saya mengatakan di depan semua orang, bahwa mereka yang datang untuk wawancara tapi tidak mengambil nomor antrian, tidak akan diwawancara.

Dan di sanalah drama dimulai.

Dengan nada nyolot, bapak dengan baju menguning itu mulai mengatakan bahwa saya tidak memberitahukan bahwa dia harus menekan tombol antrian – padahal itu adalah kalimat standar pertama yang saya  ucapkan pada siapapun yang datang untuk melamar pertama kali di kantor saya. Dan seterusnya, dia mulai mempermasalahkan nada suara yang saya gunakan dan dengan nada congkak dan sombong di hadapan banyak kandidat – dia memberikan contoh dirinya sendiri sebagai seorang pelamar hanya melihat situasi kantor yang akan dilamar, layak atau tidaknya perusahaan tersebut dia terima, pengalamannya yang sudah bekerja di beberapa restoran di luar negeri (dia melamar sebagai restaurant manager, by the way) dan kapal pesiar – dia mengatakan saya tidak pantas bekerja di perusahaan multinasional, mempertanyakan pendidikan saya,menghina saya secara fisik dan bersikap rasis – karena aksen saya yang masih kental aksen Jawa Timur – dia mengatakan bahwa saya yang orang Jawa tidak pantas untuk bekerja di Jakarta.

Serangan verbal yang sangat menyakitkan.

Tapi yang saya lakukan hanyalah tertawa dan tertawa.

Mengatakan bahwa dengan attitude menakjubkan yang dia miliki, dia tidak pantas berada di dunia hospitality dan dengan senang hati saya mengatakan kepada manager, GM maupun owner untuk tidak mempekerjakannya sebagai manager untuk restoran kami.

Apakah saya menangis? Tentu saja. Saya menyesal setengah mati karena tidak menghantam manusia brengsek itu tepat di wajahnya menggunakan mesin antrian yang lumayan berat selama dia mengeluarkan semua hinaannya tersebut. Meskipun setelah dipikir-pikir lagi, saya senang saya tidak melakukannya. Pekerjaan saya jauh lebih berharga daripada provokasi verbal seperti itu.

Manager saya memutuskan untuk berbicara kepada orang tersebut dan melanjutkan prosesnya, memberikan tes bahasa inggris kepada dia sebagai seleksi awal penerimaan karyawan di kantor saya. Meskipun pada akhirnya, dia membuat keributan lagi dengan dua orang rekan saya yang ditugaskan untuk menangani dia. Dia gagal dalam menjalani tes bahasa Inggris tersebut. But, that’s not my business anymore, right?

Setelah saya menenangkan tangan saya yang gemetar dan menata perasaan, saya mulai melacak semua catatan pekerjaannya. Well, special thanks with sunnyside eggs to Eyang Google, saya berhasil mengetahui bahwa laki-laki berusia 38 tahun tersebut merupakan lulusan D3, sudah satu tahun terakhir ini menganggur, dengan pekerjaan terakhir sebagai salah satu manajer restoran fast food Jepang, hanya memiliki satu kali kontrak di kapal pesiar dan semua pekerjaan yang – dikatakan penuh kesombongan – dikerjakan di luar negeri tersebut, tidak bisa dibuktikan dengan adanya sertifikat kerja.

Dan setelah saya mengetahui semua fakta mengenai orang tersebut, saya teringat petikan paragraph dari prolog buku kedua Abarat tersebut. “Orang-orang yang kejam terhadap sesamanya selalu menyimpan rasa takut.” Dalam hal ini, mungkin bukan rasa takut, tapi frustasi, atau apapun namanya.  Dan kekejaman tersebut dia lontarkan secara verbal dengan nada sombong dan penuh kebencian kepada saya.

Selama hampir satu tahun terakhir menjadi petugas yang mewawancarai calon crew kapal pesiar, saya mendapati, justru mereka yang punya pengalaman bertahun-tahun di kapal pesiar, memiliki jabatan yang cukup tinggi (FYI, promosi di atas kapal yang normal didapatkan dengan kerja keras dan mental baja) mereka malah orang-orang yang sangat rendah hati, menghargai manusia lain dan mengikuti semua prosedur yang ada. Dan saya, sangat menghargai orang-orang tersebut. Mereka, yang sudah melihat begitu banyak, tapi tetap berpijak di bumi, tanpa perlu menyombongkan pengetahuan yang mereka miliki.

Saya mempelajari beberapa hal hari itu. Saya belajar bahwa kata-kata bisa merusak kepercayaan diri seseorang. Saya belajar bahwa seseorang yang kejam pada orang lain hanyalah tameng atas ketakutan-ketakutan mereka sendiri, ketakutan bahwa sebenarnya orang lain jauh lebih baik daripada mereka. Saya belajar untuk tetap rendah hati, sebanyak apapun pengalaman yang kita miliki karena pepatah di atas langit masih ada langit itu benar adanya. Saya belajar bahwa seburuk apapun orang memperlakukanmu, stand still! Put a smile on your face and DO NOT EVER push yourself down to their level.

Dan yang terpenting adalah, saya belajar untuk memaafkan. Memaafkan orang yang tidak saya kenal tapi menyakiti hati saya. Memaafkan meski mungkin dia tidak membutuhkannya. Saya memaafkan, supaya langkah saya tidak terbebani oleh dendam dan kekesalan saya kepada dia.

Hari itu, meskipun menyakitkan, saya mempelajari hal-hal penting untuk hidup saya. Saya bersyukur, karena menurut saya, saya melewati ujian saya dengan baik.

Cheers,
Amel

P.s : Menulis buat saya adalah suatu terapi. Proses mengeluarkan racun dari hati, jiwa dan pikiran saya. Tepat setelah saya selesai menuliskan catatan ini, hati saya terasa ringan luar biasa. J
 

Monday, December 24, 2012

Carrion's Words





Penambang itu masih mengiba-iba. Dia tidak berhenti memohon-mohon selama Carrion bercakap-cakap dengan Houlihan. “Kumohon, Tuanku,” katanya tak henti-henti. “Apa salahku sampai aku dihukum begini?”

Akhirnya Carrion menjawab juga. “Kau tidak salah apa-apa,” sahutnya. “Aku memilihmu dari antara yang lain-lainnya hari ini karena kau menggertak salah seorang penambang lain.” Dia menoleh sekilas pada korbannya. “Orang-orang yang kejam terhadap sesamanya selalu menyimpan rasa takut.” Kemudian dia kembali memalingkan muka, sementara mimpi-mimpi buruk itu menunggu, ekor mereka bergerak-gerak tak sabar.

Abarat : Days Of Magic And Nights Of War
Prolog : Lapar
Clive Baker

...

Jakarta, 19 Desember 2012
A prologue

Sunday, November 25, 2012

Ketika Bersyukur Hanyalah Pilihan




Jakarta, 25 November 2012


Kembali ke tempat favorit saya di restoran fast food yang remang-remang sekaligus diterangi gemerlap lampu kendaraan dan riuhnya percakapan yang entah mengapa menurut saya berlebihan . Sepertinya sebagian besar orang di sini ingin ‘didengar’ tanpa peduli bahwa tawa dan ucapan yang mereka keluarkan cenderung mengganggu. Well, at least for me. But, since it’s  a public places, I can’t complain, right?

Anyway, beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan beberapa orang teman yang cukup lama tidak saya jumpai. Setelah cipika cipiki, kami saling bertukar kabar. Pertanyaan-pertanyaan standar, dimana kami bekerja saat ini, bagaimana kehidupan percintaan kami, kabar beberapa teman lain yang saat ini entah berada dimana, dan seterusnya, dan seterusnya. Makanan dan minuman terus tersedia di hadapan kami sementara obrolan dan tawa kami tidak pernah berhenti di salah satu kopitiam milik juru masak terkenal itu.

Kemudian, salah satu teman saya, yang notabene, cukup cantik, baru mendapatkan pekerjaan baru, punya pacar yang luar biasa sayang (kalau nggak bisa dibilang cinta mati sama dia)… mulai mengeluh. Mengeluh tentang apa? Tentang semuanya, termasuk hal-hal yang baru saya sebutkan di atas. Dan di tengah riuhnya percakapan itu, saya terdiam. Bukan karena iri. Tapi takjub. Karena dalam kehidupan seseorang yang bisa dibilang cukup sempurna itu, masih ada hal yang bisa dikeluhkan.

Saya bukan manusia yang terlalu beriman. Dengan track record ke gereja yang akhir-akhir ini begitu bolong-bolong, berdoa yang jarang-jarang. Saya merasa, hidup saya yang masih diberi nilai : baik-baik saja sudah bukti Gusti Allah yang luar biasa baik kepada saya. Gimana nggak? Jadi manusia yang dikasih nafas saja harusnya sudah bersyukur, masih minta yang aneh-aneh dan jarang bilang terima kasih kepada Dia yang sebenarnya tak terlalu menuntut kecuali setia itu.

Malam itu, ketika saya pulang, saya memikirkan kembali hidup saya. Saya punya keluarga yang luar biasa. Ada papa dan mama yang tiap 2-3 hari sekali menelepon hanya untuk menanyakan keadaan saya (termasuk memberikan pinjaman uang ketika anak sulungnya yang boros ini kehabisan duit di pertengahan bulan) dan ngobrol ngalor ngidul supaya hati anaknya nggak galau. Atau adik-adik saya yang guyonan atau bbm-nya kadang nyebelin bin jayus tapi bikin kangen. Ditambah lagi, saya punya pekerjaan tetap yang semengeluh apapun saya, bisa saya gunakan untuk menopang hidup saya sehari-hari, bergaul kiri kanan, dan kenalan sama anak-anak kapal (yang beberapa di antaranya kece dan bisa dibuat partner flirting sebelum saya terjun ke dunia nyata beneran *dikeplak berjamaah*), punya teman-teman seru yang memastikan saya memiliki kehidupan lain di luar pekerjaan. Bisa makan bubur ayam babe Bank Mega saban pagi, dan seterusnya, dan seterusnya. Setelah dipikir-pikir lagi… Panjang juga ya, daftar hal-hal yang harus saya syukuri. Bayangkan saja, saya diberi hidup sesempurna itu, tanpa perlu saya meminta. Nafas setiap pagi, tanpa saya perlu meminta. Dia.. Baik luar biasa.

Malam ini, di tengah keriuhan kedai fast food dan kepulan asap rokok yang ada, saya kembali berpikir. Kenapa, bersyukur yang seharusnya suatu kewajiban, bagi beberapa orang (dan saya termasuk di antaranya) menjadi sebuah pilihan. Ironis ya. Ketika satu-satunya hal yang bisa kita ucapkan kepada Pemberi Kehidupan untuk semua berkat dan rahmatnya hanya berupa ucapan terima kasih pun kita bisa enggan mengucapkannya.

Well, saya tidak bermaksud menggurui sedikit pun. Hasil dari pertemuan hore sore itu sebenarnya jeweran sayang dari Papi J tercinta yang sudah lama jarang saya ajak ngobrol tentang hidup saya (eniwei, saya juga kangen ngobrol sama Papi paling seru ini). Jadi, apakah bersyukur itu termasuk wajib atau pilihan, masing-masing orang bisa menjawab dengan versinya sendiri.

Cheers,
Amel

Saturday, November 24, 2012

PING!!!




Jakarta, 24 November 2012

Lebih keren dari biasanya! Kali ini saya menulis dengan view daerah Senayan yang macet parah dengan semilir angin yang lumayan bikin masuk angin.

Saya punya kebiasaan yang menurut beberapa orang lumayan buruk.. Saya lebih suka menggunakan silent mode di telepon genggam saya. Seenak apapun ringtone yang saya gunakan, saya selalu lebih memilih ‘mendiamkan’ handphone saya. Alasannya? Simple, saya sendiri yang akan menentukan kapan saya akan mengangkat telpon, membaca sms/bbm/wa atau email yang masuk. Karena saya menggunakan smartphone yang terkenal itu, secara otomatis, saya mendapatkan aplikasi blackberry messenger. Dan bbm belum lengkap tanpa aksen ‘PING!!!’-nya itu.

Pagi ini, seperti pagi lainnya, hal pertama yang saya lakukan setelah membuka mata adalah memeriksa handphone saya. Ada beberapa email, twitter, bbm dan whatsapp. Ketika membuka bbm, saya mendapati beberapa pesan, salah satunya berasal dari crew kapal yang menanyakan mengenai hasil medical check up-nya dan kemudian diikuti ‘PING!!!’ yang terkenal itu. Hasilnya : pagi ini saya habiskan dengan sedikit kesal karena urusan ‘ping’ tersebut. Salah satu karakter manusia Pisces yang luar biasa : moody. Hehehehehehe..

Saya paling benci di-ping! Karena menurut saya hal tersebut mengganggu kesejahteraan umat manusia. Saya mengijinkan seseorang mengirimkan ping itu ketka pesan yang dia kirimkan benar-benar urgent dan important. Selama pesan yang dikirimkan ke saya tidak mengandung urusan hidup atau mati, jangan harap saya akan menerima alasan apapun seseorang mengirimkan PING tersebut.

Mood pagi saya yang rusak karena ping di pagi hari tersebut menghasilkan status yang saya pasang di bbm, twitter dan facebook saya : Dear friends, mind your ‘PING!!!’.. I don’t like it! Thank you. Beberapa orang menyetujui status saya tersebut. Seide dengan saya, menurut mereka, ketika pesan via bbm tersebut tidak dibaca, bisa jadi karena pemegang handphone sedang melakukan hal lain yang penting atau hal lain yang lebih mendesak untuk dikerjakan dibandingkan membalas pesan yang dikirimkan tersebut. Well, setiap orang memiliki ‘urgent and important’-nya sendiri-sendiri khan.

Satu hal yang kami setujui adalah, penggunaan ping yang tidak pada tempatnya itu LUAR BIASA MENGGANGGU! Karena ketika mengirimkan ping tersebut, secara otomatis telepon akan bergetar dan bisa jadi memecahkan konsentrasi atas apapun yang sedang dikerjakan oleh empunya telepon. Sebagai sesama pengguna smartphone tentunya kita ingin dicap sebagai manusia pintar juga khan? Bukan sekedar pengikut trend kebanyakan. Bijaksanalah menggunakan telepon dan segala aplikasinya karena bisa jadi kadar kepintaran anda dinilai dari penggunaan aplikasi-aplikasi yang ada.

Cheers,
Amel
                                                                                                                                                                               

Monday, October 8, 2012

The Whispering Bears

Ada sebuah kota di tepi hutan. Semua orang yang tinggal di sana bahagia. Orang-orang berjalan-jalan, menyanyi, ke pasar, makan malam bersama keluarga. 

Lalu suatu hari, ada dua beruang besar keluar dari hutan dan berdiri di tepi kota dengan kepala menunduk dan kedengarannya mereka seperti sedang saling berbisik. 

Mulanya tidak ada yang memperhatikan, lalu sedikit demi sedikit orang-orang menghentikan kegiatan mereka dan berusaha mendengarkan apa yang dikatakan beruang-beruang itu. 

Tapi tidak ada yang bisa. 

Malam harinya beruang-beruang itu kembali ke hutan. Orang-orang kota berkerumun, dan salah seorang wanita mengatakan dia tahu apa yang dibisikkan kedua beruang itu - mereka menertawakan orang-orang desa. 

Lalu semua orang mulai memerhatikan betapa aneh gaya berjalan atau gaya bicara orang lain, atau betapa tampak bodohnya orang lain, dan mereka semua akhirnya saling menertawakan, semua orang saling marah, dan terjadi banyak perkelahian di kota. 

Keesokan harinya, beruang-beruang itu keluar dari hutan lagi dan mulai berbisik-bisik. Bla bla bla bla bla. Lalu malamnya, mereka kembali masuk ke hutan. 

Kali ini, ada pria tua yang mengaku dia tahu apa yang dibicarakan kedua beruang itu. Mereka bergosip tentang para penduduk kota. Semua orang menganggap yang lain tahu rahasia-rahasia mereka. Jadi, mereka pulang dan menutup pintu-jendela, dan mereka takut keluar. 

Lalu - di hari ketiga - beruang-beruang tersebut keluar lagi. Kejadian yang sama terulang, tapi kali ini, walikota mereka mengatakan, "Aku tahu apa yang mereka katakan! Mereka menyusun rencana untuk menyerang desa." 

Kemudian, para penduduk desa mengambil obor untuk menyerang beruang-beruang itu, tapi tanpa sengaja membakar rumah. 

Kebakaran meluas dan seluruh kota terbakar habis. 

Dan kalian tahu apa yang sebenarnya dibisikkan beruang-beruang itu? 

Mereka tidak membisikkan apapun. 

Apa kalian tahu? 

Beruang tidak bisa bicara. 


... 
Jakarta, 7 Oktober 2012 

Diambil dari novel Jeffery Deaver, Speaking in Tongue. 

Ironis ya.. 
Betapi kita,manusia.. Seringkali terlalu berasumsi. Dan pada akhirnya menghancurkan semua yang kita miliki. 

Harta benda.. 

Tapi yang terpenting, hubungan dengan orang lain.. 

Hanya karena memiliki asumsi yang terlalu kuat, bahwa kita selalu tahu apa yang dikerjakan atau yang terbaik bagi orang lain.

Sunday, October 7, 2012

Seberapa Bahagiakah Kamu Hari Ini?





Cianjur, 7 Oktober 2012

Hasil dari minum 4 mug besar kopi adalah : meskipun mata berat, tetapi pikiran tetap on! Berlari ke seratus arah yang berbeda.

Alhasil, karena pikiran yang terlalu aktif tersebut, saya tidak bisa tidur meskipun berada di kota dingin yg terkenal karena kawin kontraknya ini. Karena saya tidak bisa tidur, saya akhirnya refresh facebook berkali-kali, meskipun baterai tinggal 29% dan jauh dari charger.

Ketika scroll down facebook di laman browser, saya mendapati bahwa ada salah satu teman yg berlangganan kuis "seberapa bahagiakah anda hari ini?". Karena ini blog saya, tulisan kali ini edisinya : nyinyir.. *nyengir*

Saya rasa, mengikuti kuis seperti itu agak konyol dan menggelikan. Bagaimana mungkin, kebahagiaan kita diukur berdasarkan perhitungan komputer yang entah menggunakan rumus apa. Setiap hari, homepage sosial media anda akan dipenuhi dengan hasil perhitungan komputer , yang sekali lagi tanpa dasar, mengukur rasa bahagia anda.

Konyol, karena bahagia itu diukur oleh diri kita sendiri. Berdasarkan seberapa sering kita bisa bersyukur atas apapun yang diberikan kepada kita, kemarin, hari ini dan seterusnya.

Ada banyak peristiwa yang kadang menyebalkan luar biasa ketika saya alami, tetapi setelah beberapa waktu (biasanya setelah bisa berpikir dengan benar-benar jernih).. Peristiwa tersebut punya dampak baik, atau bahkan sangat baik, untuk langkah hidup saya selanjutnya.

Jadi, kesimpulannya.. Mbok ya, jadi orang itu bersyukur untuk segala sesuatu yang diberi sama Yang Maha Pengatur, susah maupun senang.. Nggak gampang, nyet!!! Ember!!! Tapi, at least gak bikin frustasi dan nambahin kerutan di mata sama dahi (inget, botox mahal!!!). Dan kalo bisa.. Nggak usah pakai acara kuis-kuisan buat ngukur bahagia kita sendiri.. Semua tergantung dan balik sama kitanya sendiri.

Ingat!!! Ini note di sosial media saya, tulisan di blog pribadi saya.. Jadi, terserah saya kalo mau nyinyirin orang.. Syukur syukur kalo ada yang setuju. Merdeka!!!

Amel

P.s : Pas setelah tulisan ini selesai dibuat.. Kantuk saya datang. Alhamdullilah. See, everything happens for a reason.. *ciyum satu-satu yang baca tulisan ini*
Have a good sleep, everyone..

Tuesday, October 2, 2012

Backpacking


Bandung, 29 September 2012

Malam minggu, di kota lain.

Hari ini, saya membuat status di akun facebook dan twitter milik saya, bahwa saya mulai ketagihan menjadi backpacker. Saya jatuh cinta dengan ide melakukan perjalanan seminimalis mungkin tapi tetap nyaman ini. Kecanduan. Dan kebetulan, status ini saya buat dalam perjalanan saya menuju Parijs Van Java.

Menjadi backpacker adalah ide baru buat saya, meskipun travelling membuat saya selalu jatuh cinta sejak pertama kali saya bekerja dan ditugaskan ke daerah baru. Kesempatan untuk mengeksplorasi wilayah-wilayah yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Mendapatkan suasana baru dan menemukan hal-hal tak terduga dalam penjelajahannya.

Dimulai dari perjalanan ke Sawarna di awal bulan, kemudian ke Bandung hari ini hanya menegaskan bahwa menjadi backpacker tidak selalu harus sengsara. Meskipun, memang ya.. beberapa transportasi ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang membutuhkan perjuangan khusus (misalnya : antimo) atau ketepatan mengemas barang sehingga semua barang yang dibutuhkan bisa ditampung dalam satu tas ransel. Tapi, semua itu selalu sepadan dengan hasilnya : seulas senyum lebar, pengalaman baru dan teman-teman baru. :D

Seperti kata Windy Ariestanty dalam bukunya, Life Traveller, perjalanan memang tidak selalu menghasilkan sesuatu. Terkadang malah perjalanan yang begitu dinantikan hanya menjadi perjalanan yang biasa-biasa saja, dan bisa terjadi sebaliknya. Kita, tidak bisa memaksa suatu perjalanan memiliki makna khusus. Yang bisa kita lakukan hanya menikmati setiap detiknya.

Satu hal khusus yang memang harus disiapkan ketika berpetualang menggunakan ransel selain uang adalah : jiwa petualangan yang disetel pol mentok maksimal. Karena ada tempat-tempat baru (dan seringnya ternyata berbudget murah.. hehehehehe…), teman-teman baru dan hal-hal baru yang bisa kita temui, dapatkan, nikmati. Bahkan, siapa tahu mungkin mengubah cara kita memandang hidup.

Well, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, waktunya dandan cantik dan nongkrong unyuh di kota ini.

Cheers,
Amel

P.s : Life is fascinating and always gives you interesting story!!! You’ll never know what you get.. All you have to do is just have fun and embrace all possibilities.. *smooches*

Monday, September 17, 2012

Celebrating Life





Jakarta, 16 September 2012

Tulisan yang dibuat dengan perut kenyang bahagia, ditemani segelas Icy Blue Float. I’m more than happy.  :D

Saya baru saja mendapat ajakan untuk pergi ke Bandung di akhir bulan ini bersama dengan salah satu sahabat saya. Dia membuat ajakannya semakin menarik dengan mengatakan bahwa dia akan mengenalkan saya dengan lelaki yang ada di display picture bbm-nya. Sahabat saya mengatakan, lelaki itu calonnya. Kabar yang luar biasa menggembirakan untuk mengawali minggu ini. 

Terakhir kali saya bertemu dengannya, kurang dari dua bulan yang lalu, teman saya masih masuk kategori single. But, hey… She’s taken now.  Sampai saya menulis catatan ini, saya masih tetap tersenyum, ikut senang dengan kabar bahagia dari teman saya ini.

Life is always fascinating. 

Buat saya kehidupan akan selalu menarik.

Tepat ketika saya mengira semua akan berjalan normal cenderung membosankan.. Boom.. Sang Pembuat Cerita Hidup membuat segala hal berubah menarik.

Lihat saja, saya yang seharian ini hanya tiduran di kamar karena badan yang kurang fit, merasa bahwa hidup akhir-akhir ini menjadi terlalu biasa-biasa saja… Tiba-tiba lampu bbm saya berkelip dan sahabat saya mengabarkan berita gembira itu. Atau ketika di pertengahan minggu yang berjalan biasa saja, beberapa waktu yang lalu mendadak saya mendapatkan email melalui facebook dari sahabat saya sejak SMP yang mengatakan ia akan menikah di bulan November tahun ini. Saya pun seketika menjerit senang.
Kehidupan yang menarik memang tidak melulu mengenai siapa berpasangan dengan siapa memang. Setiap orang bisa saja membuat standarnya masing-masing…

Kehidupan juga bisa mendadak berubah menarik, ketika di tengah makan siang, seorang teman mengajak saya untuk bepergian ala backpacker ke suatu pantai yang namanya hanya pernah sepintas saya dengar, dan kami hanya punya waktu sekitar satu minggu untuk mempersiapkan semuanya.  Sebagai catatan, kami berdua merencanakan liburan di akhir minggu itu dengan antusiasme 500%.

Ada banyak cerita dalam hidup saya, atau orang-orang di sekitar saya yang awalnya terlihat seperti hari yang akan berjalan membosankan dan ternyata berubah menjadi hari yang akan menerbitkan senyum di wajah kapanpun saya atau mereka mengingatnya.

Kuncinya hanya satu, rayakan kehidupan dengan penuh sukacita.. Celebrating life, embrace all the possibilities.. You’ll never know, where you end up, but at least you are laughing through it.

Cheers,
Amel

Monday, August 27, 2012

Dear Tuhan Yang Maha Baik

Dear Tuhan Yang Maha Baik,

Terima kasih karena telah mengijinkan saya untuk pergi sejenak tapi tidak pernah meninggalkan saya barang sedetik pun
Terima kasih karena tetap menjaga saya bahkan ketika saya mengacuhkanMu
Terima kasih karena telah memberi saya waktu untuk menempuh perjalanan saya tanpa pernah berhenti mencintai saya
Terima kasih karena tetap memberikan pertolongan kepada saya dan orang-orang yang saya cintai bahkan ketika saya jauh dariMu

Terima kasih...
Karena tetap setia kepada saya bahkan ketika saya mengingkari janji setia saya kepadaMu

Terima kasih...
Karena tetap mencintai saya tanpa batas apapun yang saya perbuat

Terima kasih...
Untuk segala pengampunan dan cinta tak bersyarat yang Kau beri

Matur sembah nuwun sanget, Gusti Ingkang Maha Welas Asih

*sujud syukur*

...
Jakarta, 12 Agustus 2012
11.55 pm

Wednesday, July 11, 2012

Cinta, Bantal Dan Kata...

Jakarta, 11 Juli 2012

Kata @hurufkecil, "jika malam ini saya tidur pakai bantalmu, apakah saya memimpikan mimpimu? apakah saya akan melihat saya?".

Tweet ini mengingatkan saya pada masa-masa antara April 2010-Januari 2011. Saat ketika saya entah bagaimana, begitu jatuh cinta kepada #vleermuisman.

Dalam periode tersebut, saya ingat, ada banyak kata-kata puitis dan romantis yang saya tuliskan untuk #vleermuisman. Seperti orang yang jatuh cinta pada umumnya, saya tidak mengenal waktu. Saya bisa menuliskan dalam 140 karakter atau bahkan kurang untuk dia. Tentang rasa rindu dan galau saya di subuh, senja atau bahkan tengah malam buta seperti sekarang.

Ketika saya jatuh cinta kepada #vleermuisman, rasanya tangan saya begitu mudah digunakan untuk menulis. Sesuatu yang hingga saat ini belum bisa tergantikan oleh siapapun. Begitu pula ketika saya akhirnya melepaskannya. Bahkan hingga saat ini pun, ketika saya hanya mengingatnya. Rasanya begitu ringan untuk menulis.

Menulis menjadi salah satu media bagi saya untuk menumpahkan semua rasa yang menyesak. Meskipun, tak semua bisa saya umbar dengan gampang, karena ada beberapa rasa yang perlu saya simpan sendiri.

Jadi, apa kaitan antara cinta, bantal dan kata versi saya? Cinta membuat saya menyelipkan harapan, kenangan dan tangisan setiap malam ketika saya terlelap beralaskan bantal. Dan ketika pagi menjelang, kata menjalin semua hal tersebut di media yang saya miliki. Twitter, facebook, kertas, handphone, apapun, dalam bentuk tulisan. Untuk melepaskan semua rasa yang mendesak hati.

Membuat saya tetap waras di tengah-tengah galau mellow yellow hati. :)

Jadi, sekali lagi, malam ini, saya menyelipkan harapan saya di bawah bantal. Tentang cinta saya yang berdegup di saku kiri. Berharap, suatu hari nanti ada seseorang yang bisa merangkaikan semua rasa dalam kata.

Cheers,
Amel

Wednesday, July 4, 2012

Doa Yang Terlupakan



Tuhan, lindungilah keragu-raguan kami, sebab keraguan pun sebentuk doa. Keraguanlah yang membuat kami bertumbuh dan memaksa kami untuk tak takut melihat sekian banyak jawaban yang tersedia untuk satu pertanyaan. Kabulkanlah doa kami…

Tuhan, lindungilah keputusan-keputusan kami, sebab membuat keputusan pun sebentuk doa. Setelah bergulat dengan keraguan, beri kami keberanian untuk memilih antara satu jalan dengan jalan lainnya. Biarlah kiranya pilihan YA tetap YA dan pilihan TIDAK tetap TIDAK. Setelah kami memilih jalan kami, kiranya kami tidak pernah menoleh lagi atau membiarkan jiwa kami digerogoti penyesalan. Kabulkanlah doa kami…

Tuhan, lindungilah tindakan-tindakan kami, sebab tindakan pun menjadi sebentuk doa. Kiranya makanan kami sehari-hari menjadi buah dari segala yang terbaik dalam diri kami. Kiranya kami bisa berbagi walau sedikit saja dari kasih yang kami terima, melalui karya dan perbuatan. Kabulkanlah doa kami…

Tuhan, lindungilah impian-impian kami, sebab bermimpi pun sebentuk doa. Kiranya usia maupun keadaan-keadaan tidak menghalangi kami untuk tetap mempertahankan nyala api harapan dan kegigihan yang suci itu di dalam hati kami. Kabulkanlah doa kami…

Tuhan, berikanlah antusiasme kepada kami, sebab antusiasme pun sebentuk doa. Antusiasme-lah yang memberitahu kami bahwa hasrat-hasrat kami penting dan layak diperjuangkan semaksimal mungkin. Antusiasmelah yang mengukuhkan kepada kami bahwa segala sesuatu tidaklah mustahil asalkan kami sepenuhnya berkomitmen pada apa yang kami lakukan. Kabulkanlah doa kami…

Tuhan, lindungilah kami, sebab hidup ini adalah satu-satunya cara bagi kami untuk mengejawantahkan kuasa keajaibanMu. Kiranya bumi tetap mengolah benih menjadi gandum, kiranya kami bisa tetap mengubah gandum menjadi roti. Dan semua ini hanya dimungkinkan apabila kami memiliki kasih; karenanya, janganlah kami ditinggalkan seorang diri. Biarlah selalu ada Engkau di sisi kami, dan ada orang-orang lain – laki-laki dan perempuan-perempuan – yang menyimpan keraguan-keraguan, yang bertindak dan bermimpi dan merasakan antusiasme, yang menjalani setiap hari dengan sepenuhnya membaktikannya kepada kemuliaanMu. Amin.

...
09.12 PM
Jakarta, 4 Juli 2012
Dari buku "Seperti Sungai Yang Mengalir - Paulo Coelho"

Tuesday, July 3, 2012

My Favourite Day Is Today!!!









Jakarta, 3 Juli 2012

Saya baru saja scroll down twitter dan menemukan twit dari Paulo Coelho yang kemudian saya retweet dan saya jadikan favorit.

Percakapan karakter-karakter dalam kisah Winnie The Pooh seringkali membuat saya tersenyum dan juga berpikir. Sederhana, tapi memiliki makna yang dalam.

Lihat saja percakapan Piglet dan Pooh dalam gambar tersebut. Renungkan..

Menurut saya, menjadikan hari ini sebagai hari favorit akan membuat anda tersenyum ketika memulai hari ini, bersemangat menjalaninya, menganggap semua rintangan bukan suatu masalah besar. Dan pada akhirnya, saya dan anda semua, menjalani hidup secara maksimal. Karena, hey.. Ini adalah hari favorit anda!!! Have fun and enjoy it!!!

Cheers,
Amel

P.S : See the picture every single day of your life..

Monday, June 4, 2012

Bekerja Dengan Hati








Jakarta, 24 Mei 2012

Catatan tengah malam di Jakarta yang rasa-rasanya akan memulai musim kemaraunya. Panas, gerah dan kelaparan. Sayangnya, saya tidak terlalu suka menyimpan makanan di kamar kost saya. Terlalu beresiko untuk dijadikan sumber makanan para semut.

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang teman lama di sebuah rumah makan milik pencicip masakan ternama. Kami memilih kedai tersebut karena sepintas memiliki nuansa rumah, homey. Berjam-jam kami habiskan untuk mengenang masa-masa bodoh ketika kuliah sampai cerita mengenai apa saja yang kami berdua kerjakan di ibukota yang terkenal kejam ini.

Salah satu cerita yang dia berikan kepada saya adalah pekerjaannya, bagaimana dia sakit hati dengan kebijakan manajemen tingkat atasnya. Teman saya bekerja di suatu perusahaan jasa pencari tenaga kerja dan saat ini dia diminta untuk mengumpulkan kembali orang-orang yang pernah bekerja dengan mereka dan meminta mereka untuk kembali bergabung dengan perusahaannya.
 

Berbicara langsung dengan pahlawan devisa negara tersebut membuat dia harus mendengarkan cerita mereka selama bekerja di negara orang. Sebagian besar di antaranya adalah pengalaman mereka selama bekerja dan kekecewaan yang mereka alami. Teman saya pun mendengarkan, mencatat dan memberikan laporannya kepada manajemen perusahaan.
 

Jawaban yang dia terima secara langsung, cukup menyayat hati. Pimpinan proyek tersebut mengatakan, ketika bekerja ia diharapkan untuk tidak menggunakan hati dan memasukkannya ke dalam pikiran. Sebagai manusia yang perasaannya masih normal, dia diminta untuk menerima hasil perbincangannya dengan datar sebagai suatu statistik, data untuk kelengkapan laporan.
 

Saya ikut kaget mendengar hal ini dan mengingat, ketika saya bekerja di perusahaan sebelum ini. Salah satu hal yang ditekankan oleh atasan saya adalah supaya saya bekerja dengan hati. Karena ketika bekerja dengan hati, seluruh aspek yang saya butuhkan untuk kelancaran perusahaan saya, akan saya dapatkan. Saya akan menjadi manusia yang menyelesaikan pekerjaan saya karena tanggung jawab dan menyelesaikannya dengan sungguh-sungguh. Saya akan menghargai orang-orang yang berhubungan dengan saya, apapun posisinya, karena mereka adalah manusia yang butuh dihargai.
 

Satu kalimat: bekerja dengan hati. Membutuhkan komitmen teguh karena saya harus melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan saya dengan sungguh-sungguh sampai selesai dengan menghargai semua hal yang berkaitan dengan saya.
 

Menurut saya, hal ini merupakan poin penting yang bisa diterapkan tidak hanya dalam pekerjaan, tapi semua bagian dalam hidup saya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan terbaik.
Satu catatan kecil, di perusahaan sebelumnya, saya lebih banyak bekerja dengan data administratif dan mesin. 

Klien perusahaan teman saya, seratus persen manusia. Dengan pikiran, hati dan perasaan.

Cukup mencengangkan untuk saya, ketika salah satu pemegang kursi pimpinan meminta pegawainya yang langsung berhadapan dengan sumber keuntungannya, untuk bekerja tanpa hati. Padahal yang dia hadapi adalah manusia, yang bisa tersakiti begitu dalam bahkan dengan satu kalimat pendek.

Jujur saja, peristiwa yang dialami teman saya membuat saya kaget dan berpikir kembali mengenai esensi saya sebagai seorang manusia. Apakah hanya sebegitu saja nilai seseorang? Sebagai pemberi laba bagi perusahaan tanpa perlu dipertimbangkan perasaannya? Teman saya yang menangani proyek ini merasa buruk karena sudah berbohong kepada mereka yang percaya kepadanya untuk memberikan jalan keluar dengan membicarakan uneg-uneg mereka kepada yang lebih berwenang. Dan ia gagal :(.

Malam ini, entah mengapa saya memikirkan mengenai percakapan kami di kedai remang-remang sambil menyantap sepiring kentang goreng tersebut. Menurut saya, apapun keputusan pihak manajemen, teman saya harus tetap bekerja dengan menggunakan hati. Karena tanpa hati, tidak akan ada pekerjaan yang dilakukan secara maksimal. Dengan hati, seseorang bisa bersimpati atau bahkan berempati kepada mereka yang memang membutuhkannya. Tapi, sebaiknya jangan menggunakan hati kepada mereka yang juga tanpa hati.
 

Agak menyedihkan memang, ketika sesuatu yang seharusnya digunakan untuk merasa terhadap apapun malah diberi tombol on-off seperti lampu. Tapi, tidak berlebihan kalau saya mengatakan, "kita harus berhati-hati terhadap hati kita" khan?
 


Cheers,
Amel

P.S : Ucapan sayang dan terima kasih luar biasa untuk Oma Sandy dan Egie, yang sudah mau membaca draft awal tulisan ini... I woof you, guys.. :*

Wednesday, May 2, 2012

For My Parents...






Ibu,pelukan terbaik untuk anak-anaknya..
Kapanpun,dimanapun.. 
Diberikan tanpa pamrih,tanpa diminta.. 
Selalu ada.. 
Sejauh apapun anaknya berada 

Ayah, pendukung terbaik putra-putrinya.. 
Pemberi kekuatan, sejauh apapun anak-anaknya berada.. 
Batu karang kokoh tempat berpegang.. 
And for all of that reason, 

I love you, mom, dad.. 
Proud to have you in my life.. 

 ... 
08.35 pm 
30 April 2012

Saturday, April 7, 2012

Merantau..


Jakarta, 6 April 2012

Jumat Agung pertama di Jakarta. Tanpa hujan. Hanya menyisakan gerah. Malam lain di kedai fast food internasional.

Ada beberapa nama dalam kontak bbm atau whatsapp yang saya sukai karena enak untuk diajak berbincang. Baik itu obrolan serius atau obrolan hore yang tak tentu arah. Mencari jawaban dan setitik kewarasan dalam perbincangan tanpa suara yang terpentang jarak seperti itu.

Perbincangan saya pagi ini, dengan salah seorang teman kost pada saat saya bekerja di Surabaya dulu. Setelah menanyakan kabar satu sama lain dan kabar seseorang yang kami kenal, saya menyemangatinya untuk berpindah profesi, dari sales promotion girl (spg) menjadi waitress supaya bisa bekerja di kapal pesiar. Dan jawabannya, “aku bakalan kangen berat kalau jauh dari orang tua, Mel.. “

Dan jawaban ini membuat saya teringat pada kedua orang tua saya dan keputusan saya untuk merantau.

Saya bersyukur luar biasa karena memiliki orang tua seperti yang saya miliki. Mereka berdua tidak pernah melarang saya melakukan apapun yang saya sukai, selama saya bertanggung jawab. Pesan orang tua saya selama menyelesaikan studi saya adalah, “Kamu boleh kemana aja, terserah… asalkan pendidikan kamu selesai.” Kalimat ini menjadi salah satu penyemangat saya dalam menyelesaikan studi. Dan setelah saya menyerahkan ijazah saya, orang tua saya menepati janjinya. Kemana pun saya ingin pergi merantau, tidak sekali pun dihalangi oleh mereka. Awalnya Surabaya dan kemudian Jakarta. Dengan 100 % dukungan dan cinta dari mereka.

Kangen rumah?? Pastinya!!! 23,5 tahun hidup bersama kedua orang tua dan kedua adik saya, dan kemudian harus berbagi rumah dengan 10 gadis lain yang belum pernah saya kenal sebelumnya (dan pada akhirnya memberikan warna baru dalam kehidupan saya sebagai orang dewasa). Setiap dua atau tiga hari sekali, saya atau orang tua saya bergantian menelpon. Dan selama saya tinggal di Surabaya, hampir setiap minggu saya usahakan untuk pulang ke rumah yang hanya berjarak 2,5 jam perjalanan naik motor atau bis.

Sujud syukur saya adalah karena meskipun seringkali saya kangen berat dengan rumah, kedua orang tua saya tidak pernah ‘ngaboti’ langkah saya dengan melarang keinginan saya untuk merantau. Hal ini yang membuat saya ringan dalam melangkah. Restu dan cinta mereka yang tanpa syarat. Tidak ada air mata untuk langkah saya yang semakin hari semakin jauh dari rumah untuk belajar jadi manusia dewasa seutuhnya. Orang tua saya selalu ikut berbahagia dengan pilihan saya, tertawa dengan semua cerita-cerita saya yang menyenangkan dan memberikan pelukan, dukungan dan kebebasan untuk pulang kapan pun saya membutuhkan mereka. Tanpa pertanyaan hanya cinta.

Untuk pengorbanan dan full service love dari kedua orang tua saya itulah saya menghaturkan sujud syukur yang luar biasa. Karena dari mereka, saya mempelajari banyak hal berharga tentang hidup.


Cheers,
Amel

P.s : Ketika saya pulang hampir setiap minggu selama di Surabaya dulu, atasan saya seringkali menasihati saya supaya tidak terlalu sering karena saya akhirnya tidak bisa menabung dan jadi tidak bisa mandiri. Dengan keras kepala, saya mengatakan bahwa, saya pulang sesering saya bisa karena mungkin suatu hari nanti, saya akan berada jauh dari rumah dan tidak bisa sering pulang. Atasan saya hanya menggeleng-gelengkan kepala untuk kekeras kepalaan saya.

Hari ini, saya ingin mengatakan, saya tidak menyesal untuk mengeluarkan uang dan waktu saya setiap akhir pekan pulang pergi Surabaya – malang karena waktu-waktu yang saya habiskan bersama keluarga tersebut waktu-waktu berharga yang nilainya tidak bisa diukur oleh uang.

Skala prioritas yang berbeda antara anda dan saya.

Wednesday, April 4, 2012

Cerita Tentang Bangku Kosong



Mari kemari..
Duduk di sampingku..
Menghirup malam..
Mengalirkannya dalam setiap pori di tubuh..
Menggigil sambil berpaling dari kemilau bulan..
Aku ingin membisikkan rahasia padamu..

Tentang pintaku untuk berkeliling dunia..
Melihat semua tempat yang selama ini hanya kubaca di lembar demi lembar halaman mewah tersebut..
Menjelajah setiap sudut yang mungkin tak terekam dalam catatan-catatan tersebut..
Menikmati semua rasa eksotis yang tak pernah bisa dikecap melalui tulisan-tulisan tersebut selain melalui imaji..

Tapi kataNya aku harus menunggumu..
Supaya bisa berbagi semua perjalanan dan rasa itu denganmu..
Berbagi setiap pagi, senja dan malam denganmu..

KataNya, aku harus menunggumu..
Karena denganmu aku aman..
Pelindungku dalam setiap langkah, kelokan dan persimpangan..
Yang tak pernah melepaskan genggamanku meski sejenak..

Aku pun menurut..
Aku menunggumu..
Sambil duduk di sini dan menuliskan semua tempat yang ingin kujelajah denganmu..
Dan ketika kamu datang..
Kita bisa menyatukan tulisan keinginanmu denganku..
Berpetualang, bergandengan tangan, berbagi tawa dan cerita..

Bersama..

...
Jakarta, 4 April 2012
08.16