Monday, March 5, 2012

Losing My BlackBerry



Jakarta, 20 Februari 2012

Another day di McDonalds, Sarinah Thamrin. Entah mengapa, selalu menyenangkan untuk duduk disini. Mendengarkan dengungan percakapan yang seringkali tenggelam dalam keriuhan jalanan yang ada di bawah sana; pekikan tawa melengking segerombolan sahabat yang mereka terlihat luar biasa dengan t-shirt pas tubuh mereka dan celana pendek. Lantai dua restoran cepat saji ini selalu memberikan ide untuk tulisan baru melalui percakapan-percakapan sombong mereka yang ada di sini (melalui ponsel atau percakapan sekelompok pengunjung) atau melalui perubahan warna langit yang ada di sini.

Hari ini, saya duduk di sini sejak pukul 4 sore. Sejak penghalang matahari masih diturunkan supaya mereka yang berada du dalam ruang ber-AC tersebut tidak silau; sejak dua orang yang menggunakan meja kopi di dalam sibuk dengan laptopnya masing-masing hingga pada akhirnya mereka mengobrol sejenak (mungkin berkenalan dengan mengobrolkan cuaca :D) hingga mereka kembali disibukkan dengan laptop hitam dan pinknya. Saya duduk di meja dekat kaca pembatas sejak langit berwarna kuning cerah berubah merah, berganti menjadi biru navy menakjubkan dengan rintik yang sanggup membasahi seluruh jalanan di bawah, hingga akhirnya menjadi hitam legam. Ada seporsi sphagetti, sebungkus kecil kentang goring, empat buah cheese stick, segelas coke dan dua mug besar cappucinno (yang omong-omong, lebih banyak foamnya dibandingkan kopinya) yang menemani saya menghabiskan hampir 100 halaman buku The Winner Stands Alone milik Paulo Coelho. Masih ada berlembar-lembar lagi dari buku tersebut yang belum saya baca.. tapi godaan untuk menulis lebih besar.

Hari sabtu yang lalu, dalam perjalanan menuju Sarinah Thamrin, saya kehilangan sesuatu barang yang selama ini saya anggap sebagai hidup saya.. blackberry. Kecopetan (untuk yang pertama dan terakhir kali) amat sangat membuat shock. Saya sebenarnya tidak mengerti mengenai esensi mencuri. Mengambil barang atau ide atau apapun milik orang lain supaya terlihat “lebih” di mata orang lain. Hal itu, sekali lagi menurut saya.. picik, dangkal dan bodoh. Tapi tulisan ini bukan mengenai definisi mencuri. Para meneer dan sarjana hukum Indonesia lulusan Belanda sudah mendefinisikan dengan baik arti dan ganjarannya di Burgerlijk Wetboek berates tahun yang lalu dan masih digunakan sebagai salah satu Kitab Suci semua mahasiswa hukum di Indonesia selain KUHP.

Anyway, salah satu hal yang saya sayangkan ketika saya kehilangan BlackBerry adalah semua data yang ada di dalamnya. Semua nomor telpon, email dan pin semua yang saya kenal di Surabaya dan Malang hilang begitu saja. Dan kehilangan penunjuk waktu. Karena saya tidak memiliki arloji atau jam weker di kost, maka saya sempat kehilangan jejak waktu hingga saya membeli arloji, jam weker dan handphone murah keesokan harinya supaya saya tidak lagi perlu menerka waktu dan bisa menghubungi keluarga saya yang amat khawatir mendengar saya kecopetan.

Kehilangan benda yang entah bagaimana menjadi salah satu bagian dari tangan saya tersebut… Melegakan. Meskipun dalam prosesnya saya menjadi seperti orang yang sedang menyembuhkan diri dari kecanduan. Bagaimana tidak, BlackBerry menjadi benda yang pertama kali saya genggam sejak saya terbangun dan benda terakhir yang saya genggam sebelum saya tertidur. Saya, tidak bisa tidak, memeriksa BlackBerry setiap dua atau tiga menit sekali. Scrolling down timeline di twitter, membuat status update di facebook untuk mengetahui berita yang sedang panas, tertawa bila ada twit yang lucu dan konyol. Hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting, tapi pada kenyataannya menjadi penting seiring dengan berjalannya waktu dan menjadi candu.
Menyebalkan sebenarnya, kecanduan sesuatu yang sedikit konyol mengenai hal tersebut. Tapi terjadi. Saya bisa marah karena sinyal yang mendadak menghilang atau dangdutan. Mengabaikan orang-orang tersayang yang ada di dekat saya karena ada twit atau link yang lebih menarik untuk dibaca. Hal-hal yang sebenarnya jauh lebih penting dan bermakna dibandingkan sesuatu seperti sinyal yang payah.

Ketika saya mem-posting status di facebook dan twitter yang menyatakan bahwa saya kehilangan handphone dan meminta teman-teman saya menghapus pin saya, ada yang mengatakan (yang juga saya percayai dan katakana berulang-ulang dalam hati).. bahwa saya kehilangan telpon genggam karena akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar. BIG AMEN FOR THAT!!!! *raising my hand and believe*

Dan pada akhirnya, di sini… duduk di restoran cepat saji diiringi derum mobil, decitan rem dari jalanan di bawah sana, saya menyadari bahwa saya memang mendapatkan hadiah yang jauh lebih besar. Saya kembali bisa menikmati semua rasa, suara, bau dan warna langit itu tanpa harus selalu merasa untuk menyebarkannya kepada dunia melalui gambar atau twit. Dengan handphone sederhana yang ada, saya kembali mendapatkan esensi fungsi telpon genggam.. untuk mengirimkan pesan singkat dan menelpon. Selebihnya adalah bonus (meskipun ada beberapa saat tertentu ketika saya merindukan fungsi peta di BlackBerry).

Kehilangan smartphone membuat saya lebih berkonsentrasi membaca buku-buku yang selama ini terbengkalai karena saya lebih memilih untuk browsing dibandingkan membacanya. Papan mimpi saya mulai terisi kembali setelah untuk beberapa saat saya melupakan mimpi-mimpi saya. Menjalani kembali waktu teduh setelah selama ini berdoa dengan terburu-buru karena berpikir melewatkan berita penting di social media atau bbm (yang lebih sering ternyata tidak penting sama sekali). Dan yang terpenting dari semuanya, entah bagaimana caranya… saya menjadi lebih dekat dengan adik-adik dan orang tua saya melalui pesan-pesan pendek dan telepon-telepon mereka. Sujud syukur luar biasa untuk itu.

Jadi, apakah saya mendapatkan hadiah luar biasa dengan kehilangan telpon genggam saya? Jawabannya ya!!!! Saya mendapatkan kebebasan terhadap waktu saya setelah terbelenggu dengan kecanduan saya terhadap internet setiap waktu dan percakapan-percakapan singkat yang bermakna dengan orang-orang tersaya. Semua itu, terlihat sederhana namun hal-hal itu yang nyatanya membuat hidup lebih bermakna.

Cheers,
Amel

P.s : Saya mengalami kejadian luar biasa setelah kehilangan handphone. Mendapatkan bantuan dari seorang security yang tanpa banyak pertanyaan mengantarkan saya mengejar kopaja tempat saya dirampok. Keluarga saya : Papa, Mama, Adit dan Andina yang mengkhawatirkan saya dari jauh dan mengorbankan banyak hal. Danan Tyas, saudara sesame perantauan….. Semua cinta saya kepada kalian, malaikat-malaikat tanpa sayap yang selalu menjaga tanpa pamrih…

Oh, dan satu pesan terakhir yang kata Danan sangat mirip dengan sticker di busway… Please take care of your belongings, guys… Some people are just a jerk.

2 comments:

  1. Melll.. So sorry to hear that. Makanya kok jarang nongol di twitter akir2 ini. Hehehe.. Smoga dapet blckberry baru yg lebih canggih (apa uda punya skarang :P)

    Keep tweeting!

    ReplyDelete
  2. Halo, Yun....
    *sujud syukur* Sudah punya blackberry baru..
    Sudah mulai ngoceh lagi di twitter dan sedang mengumpulkan niat buat nulis di blog ini.. :D

    Minta komennya yak untuk tulisan2 ini :D
    Terima kasih

    ReplyDelete