Monday, July 18, 2011

Trust Fall

Jakarta, 14 Juli 2011

Saya memulai tulisan ini dengan mata separuh terpejam, di atas tempat tidur yang diberikan dengan kebaikan teman-teman dari perusahaan rekanan di handphone pinjaman dari kantor dan menyelesaikan tulisan ini di bandara Soekarno Hatta, menunggu pesawat yang ditunda satu jam dari waktu yang seharusnya.

Keluar dari pekerjaan yang saya geluti dengan sepenuh hati selama 2 tahun terakhir ini, tanpa ada cadangan pekerjaan apapun hanya dengan keyakinan penuh bahwa hidup saya akan baik-baik saja, bisa dibilang cukup gila oleh sekitar 95% populasi di dunia. Ada beberapa saat dimana saya benar-benar berpikir pun, saya akan mengatakan bahwa saya gila. Melepas pekerjaan, dengan sedikit cadangan tabungan dan kembali ke rumah orang tua saya untuk beristirahat selama sebulan. Kalau saya punya kembaran yang datang dari masa lalu dan melihat apa yang saya lakukan hari ini, maka tak diragukan lagi, saya akan berteriak kepada diri saya sekarang : ARE YOU OUT OF YOUR MINDS???? Dan saya akan cekikikan melihat diri saya yang dulu kebakaran jenggot (gambaran ini cukup lucu di kepala saya :D). Tapi keputusan yang saya ambil ini, tidak saya sesali. Sama sekali. Saya tahu pasti bahwa akan lebih sehat bagi jiwa, hati dan otak saya apabila saya keluar dari perusahaan yang begitu saya cintai tetapi juga menyakiti hati dan jiwa saya ini. Dan ini adalah hal terakhir yang saya pikirkan dan rasakan sebelum jatuh tertidur di hotel bintang lima ini.

Di pagi hari, ketika pertama kali membuka mata, saya sadar apa yang sedang saya lakukan. Ya, saya sedang bermain trust fall dengan Tuhan. Ada yang pernah tahu mengenai permainan ini? Permainan lama dan terlihat sederhana. Kita diminta untuk naik ke suatu tempat yang lebih tinggi dan menjatuhkan diri ke belakang sambil menutup mata dan mempercayai bahwa teman atau pasangan saya yang ada di bawah, akan menangkap saya dan tidak membiarkan saya jatuh dan kesakitan. Permainan ini terlihat sederhana karena seolah-olah yang diperlukan hanyalah menutup mata. Tapi sebenarnya sangat berat, karena kita harus belajar mempercayai orang yang akan menangkap kita.

Permainan trust fall saya kali ini bersama Tuhan. Untuk kesekian kalinya dalam hidup saya, dan jujur saja, ini yang paling parah, saya dituntut untuk mempercayai rencanaNya dan manut. Apapun konsekuensinya, saya harus dengan legawa menjalaninya. Yakin dan percaya, Ia, sang pemilik hidup sudah merancang jalan hidup saya dengan luar biasa; dan saya, hanya perlu menjalani jalan yang Ia tentukan dan belajar dalam setiap langkah yang saya ambil. Dan Papi J, dengan begitu luar biasanya... memberikan saya keluarga terbaik yang bisa dimiliki oleh seorang anak, karena apapun langkah dan keputusan yang saya ambil, Papi J dan keluarga saya, dimanapun mereka berada, akan selalu mendukung saya dan memeluk setiap kali butuh pelukan.

Jadi, yang saya lakukan sekarang adalah : menegakkan kepala, memantapkan langkah, memohon berkat dari orang-orang yang saya sayangi, dan percaya bahwa jalan yang saya ambil adalah jalan terbaik, tidak akan ada bahaya dan malapetaka yang menimpa saya karena Ia yang memilihkan jalanan untuk saya.


Cheers,
Amel


P.s : peluk sayang untuk Papa, Mama, Adit, Andin, keluarga di Jakarta, Iva, Memet, Mbak Wulan, Ines, Endang, Om Iwan, Om Sam serta entah siapa saja yang menyemangati saya dan membuat saya berani dalam menjalani keputusan ini.

“Karena jalanKu bukanlah jalanmu dan rancanganKu bukanlah rancanganmu...” (matur sembah nuwun, Gusti... Sujud syukur)

No comments:

Post a Comment