Sunday, July 31, 2011

Attraversiamo


Surabaya, 30 Juli 2011

Tulisan kedua di malam yang semakin larut ini. Lampu di gedung tua di seberang saya entah mengapa semakin romantis (meskipun sejarahnya sangat jauh dari romantis :D). Kayaknya otak saya sedang mengalami proses pembakaran karat yang selama ini numpuk gila-gilaan. Yeah, karena saya sedang dalam masa transisi, masa pindahan.. dari yang sibuk menggila jadi santai menggila. Saya akhirnya memutuskan untuk menuntaskan ide-ide untuk tulisan menjadi tulisan yang sesungguhnya. Sangat menyenangkan ternyata menulis kembali. :D

Saya punya beberapa hobi yang sudah ada sejak kecil dan masih saya sukai hingga saat ini, salah satunya adalah membaca. Hobi yang diajarkan dan ditularkan oleh Ayah saya tercinta (dan saya sangat bersyukur untuk hal tersebut). Saya menyalahkan Ayah saya 100 % untuk kecanduan saya terhadap kecintaan saya terhadap buku dan tulisan :D. Sejak saya bekerja, ada begitu banyak buku (98% di antaranya adalah novel) yang saya beli dan karena kesibukan saya, ada beberapa buku yang pada akhirnya terlupakan atau hanya dibaca beberapa bagian saja. Salah satu buku yang masih belum saya selesaikan adalah buku “Eat, Pray, Love” karya Elizabeth Gilbert.

Eat,Pray,Love adalah film dan buku yang mendadak booming. Kemunculannya sedikit banyak mencuri hati masyarakat Indonesia karena Ubud sebagai salah satu lokasi shooting. Saya menonton filmnya baru membeli bukunya. Tapi, saya selalu percaya bahwa buku selalu lebih detail dibandingkan film yang hanya berdurasi 1,5 jam. Melalui buku, saya bisa benar-benar berjalan dengan Liz Gilbert, mencerna perjalanannya di ketiga negara tersebut. Imajinasi saya sebagai manusia pisces cukup aktif untuk berbuat hal tersebut. Sayangnya, dari ketiga bagian buku tersebut, bagian yang sudah saya selesaikan (dengan susah payah) adalah bagian ketika Liz menceritakan hidupnya di Italia, the “eat” part.

Satu kata Italia yang melekat di benak dan hati Liz dan saya adalah “attraversiamo”. Bunyinya indah, saya suka dengan pelafalannya. Seperti begitu banyak kata dalam bahasa Italia lainnya, kata ini diucapkan dengan intonasi yang berapi-api. Menarik, seksi. Artinya sendiri, “mari menyeberang”, biasa diucapkan oleh orang Italia ketika mereka akan menyeberang jalan. Dari sisi jalan yang satu ke sisi jalan yang lain. Saya tidak pernah memikirkan kata tersebut (selain karena pelafalannya yang menurut saya eksotis) sampai hari ini.

Beberapa hari terakhir ini, ada ketakutan, keraguan dalam diri saya karena sebentar lagi akan jadi pengangguran (bahagia, untuk sebulan kedepan :D). Saya takut dan ragu, apakah saya akan bisa survive?? Setelah hidup yang cukup sibuk kemudian menghabiskan waktu dengan beristirahat total dengan pulang kembali ke rumah (dimana semua cinta berada dan akan selalu ada), apakah saya bisa cepat mendapatkan pekerjaan pengganti. Dan di tengah semua keraguan dan ketakutan saya ini, kata ini kembali muncul dalam benak saya. Attraversiamo. At – tra – ver – si – a – mo... Berulang-ulang, secara otomatis dalam benak dan hati saya. Mari menyeberang...

Saya menuliskan kata ini sebagai status di bbm, facebook dan twitter saya. Sampai seorang teman berkomentar di twitter : Ikuuuttt. Dan saya menjawab, “boleh, tapi harus berani seperti saya”. Dan saya terdiam. Itu jawabannya!!! Itu jawaban untuk semua keraguan dan ketakutan saya.... SAYA HARUS BERANI. Berani untuk keluar dari zona nyaman saya, keluar dari semua rutinitas saya untuk belajar hal-hal baru. Mulai lagi dari nol, untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Keluar dari tempurung saya untuk melihat dunia yang lebih luas dan belajar tentang hidup.

Sembari membuat tulisan ini, saya mengingat percakapan dengan beberapa orang yang berbeda mengenai keinginan saya untuk pindah pekerjaan dan pindah kota ini, mereka semua memberikan semangat dan salah satu kalimat indah yang teman saya katakan adalah, “mungkin yang kamu lihat adalah kegelapan, tapi bukannya waktu tergelap di malam hari adalah saat sebelum fajar? Tabahkan hatimu, dan kamu akan melihat terang.”.

Jadi, saya mengumpulkan doa dan ucapan penyemangat hati dari semua orang yang saya kenal dan entah bagaimana berbincang dengan saya dan pada akhirnya menguatkan hati saya untuk menyeberang. Saya juga mengumpulkan semua kepingan pelajaran berharga yang saya dapatkan dalam perjalanan hidup saya dalam dunia kerja ini, belajar dari semua itu dan menjadikannya dasar untuk menjadi manusia yang lebih baik.

So, attraversiamo...

Cheers,
Amel

No comments:

Post a Comment