Saturday, July 30, 2011

Bersyukur

Surabaya, 30 Juli 2011

Salah satu tulisan di penghujung bulan Juli. Salah satu bulan favorit saya. Saya membuat tulisan ini di tengah hiruk pikuk anak kecil yang bermain, yang ternyata tidak bisa diredam meskipun saya sudah menggunakan head set dengan volume penuh, di restoran fast food 24 jam. Jadi, tulisan ini saya mulai dengan bau ayam goreng yang menusuk hidung ditemani satu gelas besar coke (meskipun saya sedang batuk).

Anyway, beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan salah satu papi bos saya untuk membicarakan mengenai keputusan resign saya. Kalimatnya yang menohok saya adalah, “Saya dulu sering membaca statusmu yang mengucap syukur. Kenapa sekarang tidak pernah lagi?” Damn!!! Rasanya seperti ditampar teflon tepat di jidat. Saya dipaksa untuk menilai kembali hidup saya beberapa bulan terakhir ini... Well, mari berkata jujur... Sepanjang tahun 2011 ini.

Perjalanan pulang selama setengah jam dari tempat pertemuan kami tersebut dan sesampainya di kost, saya menilai kembali hidup saya belakangan ini, apakah benar saya kurang bersyukur seperti yang papi bos saya itu katakan. Dan jawaban jujur yang kembali menusuk hati saya adalah, ya... saya kurang bersyukur. Saya menghitung kembali berkat yang saya terima dan ucapan syukur yang saya keluarkan, dan hasilnya minus (meringis dan mengaku bersalah). Kenapa bisa begitu?? Ya, saya mengawali twit saya setiap pagi dengan mengucapkan selamat pagi pada Tuhan saya, tapi tak pernah benar-benar mengucapkan salam padaNya dengan doa pagi. Lebih penting menjawab twitter, sms ataupun email yang masuk. Akhirnya rutinitas doa pagi pun seringkali saya lewatkan. Dan setelah menjadi manusia sombong selama ini (karena dengan pede jayanya saya menganggap tidak membutuhkan doa dan ucapan syukur untuk survive menjalani hari), saya menyadari... kekuatan saya untuk menjalani hari demi hari dengan segala kesusahan yang menghadang adalah hasil dari doa dan ucapan syukur saya bertahun-tahun lalu atau doa dari kedua orang tua saya, bukan hasil kekuatan saya.

Meskipun saat ini saya belum menjalani rutinitas saya sebagai umat kristiani yang baik, dengan cara berdoa dan berwaktu teduh secara rutin, paling tidak saya belajar (lagi) untuk bersyukur. Memulai pagi dengan ucapan syukur masih diberi nafas untuk melanjutkan hidup, syukur masih bangun dengan keadaan sehat dan seabrek ungkapan syukur yang bisa saya panjatkan sepanjang hari karena diberi hidup dan bisa menjalaninya oleh Gusti Allah tersayang. Sekali lagi, saya diingatkan, bahwa ada banyak hal yang pantas disyukuri, bahkan kejadian yang terlihat seperti hal yang buruk bagi hidup saya. Bersyukur, karena rencanaNya bukan rencana saya, apapun yang Ia berikan pada saya pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu yang berguna bagi saya.

Jadi, sudahkan Anda bersyukur hari ini? Saya sudah... berkali-kali... and it feels so good.

Cheers,
Amel

No comments:

Post a Comment