Malang, 12 Oktober 2014
Draft tulisan ini sudah ada di kepala saya sejak
beberapa minggu yang lalu. Namun, karena satu dan lain hal, saya baru bisa
menuliskannya hari ini. Ruangan tempat saya menulis kali ini hiruk pikuk dan
dipenuhi bau pizza dan kopi dengan obrolan milik pengunjung yang datang dan
siaran pertandingan bola yang dipasang pada volume rendah.
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya memanggil
salah seorang staff karena absensinya, penjelasan saya dipotong di
tengah-tengah dengan kalimat, “oke, lebih baik tidak perlu dijelaskan panjang
lebar karena saya memiliki pekerjaan yang jauh lebih penting dibandingkan
masalah absensi yang sepele seperti ini.”
Saya tertegun dengan jawaban tersebut, kemudian
tersenyum.
Di awal saya memasuki dunia perhotelan, saya
cenderung menjadi manusia apatis yang cuek bebek. Buat saya, saya memiliki
deskripsi pekerjaan tersendiri yang harus saya kerjakan, seperti juga semua
rekan kerja yang lain. I do my own business and you do your own. If we got
complaint from the guest, well, too bad, but it’s definetely not my business.
Bad attitude, eh? Banget!
Semua itu berubah dengan kedatangan #PapiBos saya.
Berbeda dengan pimpinan sebelumnya, di bawah kepemimpinan #PapiBos ini kami belajar untuk berpikir dan bekerja sebagai sebuah tim. Kalimat favorit dari beliau adalah, “if one department is suffer, then all of us suffering.” Buat saya, beliau seperti alarm rusak yang tidak pernah bosan mengingatkan kami mengenai pentingnya kerjasama antar tim. Tidak peduli anda bagian dari operasional tim atau back office tim. Kami diajarkan bahwa kami adalah sebuah kesatuan, tim. Titik.
Salah satu bentuk aplikasi kerjasama tim ini adalah
ketika ada acara besar yang dilaksanakan di hotel atau pada saat hotel penuh
dengan situasi back to back (tamu lama check out pukul 12 siang dan tamu baru
masuk pukul 3 sore). Acara besar ini biasanya ada sekitar 200 orang tamu yang
akan mengadakan acara di luar ruangan atau di convention kami. Pada saat-saat
seperti itulah, kami semua – tidak peduli apapun posisi dan departemen anda –
diharapkan untuk membantu.
Hasilnya? Sebagai personalia, saat ini saya cukup
tahu bagaimana cara memoles peralatan makan, menata meja, melipat serbet dengan
beberapa gaya, menuangkan air minum, dan membersihkan meja. Stripping linen dan
making bed? No prob, I can help. Bikin ronde? I can...
Membantu rekan-rekan yang berasal dari departemen
berbeda ini membuat saya memahami tuntutan kerja yang harus mereka hadapi
setiap harinya. Menjadi waiter mungkin terlihat mudah, pada kenyataannya, saya
membutuhkan 2 bungkus koyo hangat untuk saya tempelkan di sekujur tubuh yang
pegal-pegal karena otot tertarik. Jadi roomboy yang cuma bersih-bersih itu
ternyata beda jauh dengan kenyataannya. Ada berlapis linen dengan nama-nama
eksotis yang beratnya... minta maaph banget, berat beud. Kalau anda ingin kurus
tanpa perlu ikut keanggotaan gym, silakan melamar ke housekeeping department.
Otot terbentuk, bobot tubuh berkurang, bentuk tubuh jadi seksi berotot.
Hari ketika saya mencoba berjalan menggunakan
sepatu rekan-rekan kerja saya di bagian operasional adalah hari dimana saya
belajar bahwa sebagai bagian dari sebuah tim, kami tidak terpisahkan satu
dengan lainnya. Kegagalan maupun kesuksesan dari sebuah departemen adalah
kegagalan dan kesuksesan bagi semua. Karena dalam sebuah tim, tidak ada bagian
yang terlalu kecil maupun terlalu besar, tidak ada bagian yang lebih penting
dibandingkan bagian lainnya. Semua bagian, kecil maupun besar, semuanya penting
dan terhubung satu sama lain. Tidak peduli seragam seperti apa yang anda
kenakan.
Itulah mengapa, saya hanya tersenyum mendengarkan
jawaban merendahkan yang dilontarkan staff tersebut.
Bisa jadi, karena saya merasa kasihan dengan dia
yang tidak mengetahui esensi menjadi bagian dari sebuah tim.
Well, bekerja sebagai seorang personalia berarti
harus mempersiapkan mental (plus kopi dan obat migrain untuk kram otak) bertemu
dengan mereka yang unik karena melontarkan pertanyaan maupun pernyataan yang
membuat saya selalu belajar hal baru, berpikir kembali sampai menggelengkan
kepala. Apapun itu, saya bersyukur karena selalu mempelajari hal baru dan
mereka memberikan inspirasi untuk tulisan-tulisan seperti ini.
Cheers,
Amel
Amel
No comments:
Post a Comment