Friday, September 23, 2011

International Symbol For Marriage




Jakarta, 13 September 2011


Tulisan pertama di Jakarta. Dibuat di food court sambil menunggu Oma Sandy yang jauh-jauh dari BSD, naik kereta untuk menemui saya pertama kalinya dan makan siang bareng. (Dan pada akhirnya menemani saya interview di Thamrin sore ini… Sooo happy).

Tulisan pertama saya di Jakarta ini bukan mengenai macet atau panasnya Jakarta. Sudah terlalu banyak tulisan dan keluhan mengenai kedua hal tersebut, saya rasa. Dan lagi, keduanya sudah menjadi hal yang biasa. Tulisan ini justru tentang profile picture bbm salah satu kontak saya. Yang kebetulan laki-laki, berumur sekitar 40 tahun dan baru saja menikah. Gambar itu sudah saya letakkan di bagian atas tulisan ini.

Pertama kali saya melihat gambar ini, saya kesal setengah mati. International symbol for marriage, my ass!!!! There’s no such things like that if you live your marriage life in a right way. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pria menyembah wanita dan menyerahkan kartu kreditnya. Apa nggak salah??

Mungkin gambar tersebut dimaksudkan untuk bercanda. Akan tetapi, karena nilai-nilai yang selama ini diajarkan pada saya mengenai pernikahan berbeda 180 derajat dari apa yang disebut sebagai “international symbol” tersebut, saya menganggap gambar tersebut cenderung menghina kaum perempuan terkait peranan mereka dalam hubungan pernikahan.

Jujur, sampai saat ini saya termasuk salah satu manusia yang mules mendengar kata “pernikahan”. Kenapa? Karena butuh komitmen luar biasa terkait kejujuran, kesetiaan, pembagian peran dalam hidup sehari-hari dan masih banyak lagi. Pihak laki-laki sebagai kepala keluarga memang memiliki tanggung jawab secara financial kepada istri dan anak-anaknya. Sementara pihak perempuan, mengesampingkan sebagian besar keinginan pribadinya untuk suami dan anak-anaknya. Dua-uanya melakukan pengorbanan yang besar, secara financial dan emosional untuk membangun suatu pernikahan yang berjalan dengan baik. Saya melihat hal ini pada semua perkawinan yang bertahan bertahun-tahun dan melewati semua badai. Bukan hanya sekedar laki-laki yang memberikan kartu kreditnya kepada istrinya sambil nangis darah.

Melihat gambar yang dipasang oleh salah satu kontak bbm saya tersebut saya nggak mau bilang teman, karena memang bukan teman saya) adalah gambaran picik, bagaimana seseorang menilai suatu bentuk hubungan pernikahan. Terlepas dari maksudnya sebagai bahan bercanda.

Cheers,
Amel

No comments:

Post a Comment